Mohon tunggu...
Mega Melody
Mega Melody Mohon Tunggu... Guru - Just the way I am

My name is Mega. I am a teacher at Mts. Muhammadiyah 1 Sorong.. I love write, but still amateur.. I joined at Sustainable Development Goals (SDGs) Papua-Papua Barat as volunteer and Forum Literasi Sorong Raya (FLSR)..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Logat Papua, Kebiasaan Saya

26 Februari 2021   00:15 Diperbarui: 26 Februari 2021   00:32 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Lewobok (sapaan dalam bahasa suku Mooi).

Orang Papua identik dengan rambut kriting dan kulit hitam. Saya merasa bahwa saya adalah orang Papua walaupun sebenarnya saya bukan orang asli Papua (OAP). Lahir, sekolah, hingga mencari nafkah semuanya dilakukan ditanah Papua, Sorong, Papua Barat, kota yang disebut sebagai kepala burung (perhatikan peta), kota yang disebut dengan kota minyak, kota yang lumayan panas udaranya tapi nyaman. Terlebih lagi logat sehari-hari saya adalah logat Papua. Jadi, setiap pertanyaan yang ditanyakan menyangkut asal daerah, selalu saya katakan bahwa saya Papua.

Apakah kalian pernah mendengar logat Papua? Mungkin bagi yang pernah mendengarnya akan merasa bahwa intonasinya sangat kasar. Tidak seperti itu karena orang Indonesia bagian timur identik dengan intonasi bicara yang tinggi.

Saya menggunakan logat Papua karena mengikuti daerah tempat tinggal saya, lingkungan, pertemanan/hubungan sosial, dan sebagainya. Sehingga logat Papua adalah suatu kebiasaan saya, kapan dan dimana saja saya berada. Bukan hanya saya, tetapi tiap orang yang telah menetap di Sorong cukup lama, pun sama dengan saya.

Ingin tahu logat Papua seperti apa? Simak beberapa yuk. Misalnya saya bertanya "kamu mau kemana?", maka dalam logat Papua akan terbentuk menjadi "ko mo pi kemana?", "sudah makan belum?" menjadi "ko su makan?", "saya ingin pergi ke cafe" menjadi "sa mo ngopi" atau "sa mo nongki" (nongki - nongkrong), "kamu dimana?" menjadi "ko di?" atau "we, posisi?", (we - hai), "sudah sampai mana?" menjadi "ko su di?", singkat bukan? Tetapi, yang saya bagikan ini hanya sebatas penulisan, mungkin bisa ditelusuri dalam bentuk video diyoutube atau aplikasi pencarian lainnya.

Bukan hanya Papua yang mempunyai logat dengan memberikan kata-kata atau kalimat yang terdengar asing untuk orang diluar Papua, saya demikian ketika mendengar orang-orang dari luar Papua bercengkerama dan menggunakan logat daerah tempat tinggal maka saya merasa asing.

Walaupun logat Papua menjadi kebiasaan saya, tetap saya bangga menjadi salah satu dari wilayah Indonesia, karena itulah Indonesia, bhineka tunggal ika, berbeda tapi satu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun