Sumber diambil dari Channel Youtube : S.Ginting Official
Narasumber : Pengamat komunikasi,politik, dan militer dari Universitas Nasional, Jakarta.
Sekitar 42 Tahun yang lalu sebuah peristiwa bersejarah lahir di Indonesia, Pengamat komunikasi politik dan militer dari Unas Selamat Ginting menyebutkan, Petisi 50 yaitu kumpulan dari kelompok masyarakat yang kritis pada masa orde baru saat masih dipimpin oleh Jenderal purnawirawan Soeharto yang merupakan oposisi yang sangat berpengaruh pada era itu. itu dalam suasana otoritarianisme di bawah kepemimpinan Jenderal purnawirawan Soeharto.
Penanda tanganan petisi 50 bermula dari kritik beberapa purnawirawan perwira Angkatan Darat awalnya, tentang krisis kepemimpinan Orde Baru,hal ini terkait dengan hasil pemilu 1977. Dua tahun sebelum Petisi 50 itu, sebuah kelompok purnawirawan yang disebut sebagai Brasildi yaitu kependekan dari Brawijaya, Siliwangi dan Diponegoro dalam grup diskusi mengadakan pertemuan yang intensif untuk membahas suasana politik yang dianggap panas pada pemilu 1977. Ujar Selamat Ginting dalam channel youtube S.Ginting Official.
Selamat Ginting menyebutkan “Adapun perwakilan dari Brawijaya yang diketahui yaitu Letnan Jenderal Purnawirawan G.P.H. Djatikusumo, Letnan Jenderal purnawirawan Sudirman, dan Letnan Jenderal purnawirawan M.Yasin. Dan dari Siliwangi terdapat Letnan Jenderal Purnawirawan Kemal Idris, Letjen Purnawirawan Mokoginta, Mayjen Purnawirawan Ahmad Sukendro dan Kolonel A.E Kawilarang sebagai perwakilan. Dan di Kodam Diponegoro juga terdapat Mayjen Purnawirawan Munadi, Mayjen Purnawirawan Brotosewoyo, dan Mayor Jenderal Purnawirawan Iskandar Ranuwihardjo sebagai perwakilannya “
“Mereka Begitu bersemangat mengkritik Presiden Soeharto. Kalau seperti sekarang kira-kira kami yang dipimpin oleh Jenderal Gatot nurmantyo jadi melakukan kritik masukan kepada Presiden Kalau kami kepada Presiden Jokowi ya dulu ini kepada Presiden Soeharto”. ujar Selamat Ginting, dosen FISIP Unas di Jakarta, baru-baru ini.
Selamat Ginting mengatakan bahwa ada indikasi kecurangan yang dilakukan oleh partai Golkar saat itu, tepatnya pada Pemilu tahun 1977. Serta menanyakan Arah kebijakan dari ABRI yang dinilai tidak jelas, dan saat itu kemenangan dari partai Golkar dicurigai oleh para senior TNI, yang menjadikan hal tersebut sebagai perusak demokrasi yang sedang dibangun. Hal ini membuat Kasad Jenderal Widodo menjadi gerah atas kritikan dari jenderal purnawirawan Ini yang membuatnya ditegur oleh Presiden Soeharto.
Akhirnya pada Mei 1979 Jendral Widodo membubarkan fosko dan membiarkan para pensiunan tentara ini membentuk wadah baru yang bernama forum komunikasi dan studi Purna Yudha disingkat FKSD. Jadi, di sini lah kira-kira Posisi Widodo terjepit dikedua sisi, Di satu sisi harus loyal pada presiden di sisi yang lain juga ini para purnawirawan yang juga seniornya Angkatan 45 semua.
Dalam Forum tersebut juga tetap mengkritisi, bahkan berencana ingin menjumpai Presiden Soeharto untuk berdialog. Namun Presiden Soeharto justru menanggapi bahwa apa yang mereka lakukan dituding ingin menggulingkan kekuasaan oleh para purnawirawan itu. “Mana Mungkin dia melakukan makar karena mereka nggak punya peralatan dan pasukan segala” ujar Ujar Selamat Ginting dalam channel youtube S.Ginting Official.
================== LITERASI AWAL MASALAH========================
Disinilah kemudian lahir Petisi 50 yang di digagas oleh mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata jendral purnawirawan Abdul Haris Nasution bersama mantan Wakil Presiden Muhammad Hatta Mengawali dengan memprakarsai lahirnya Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi, coba bayangkan ini dua tokoh senior itu Nasution dan Muhammad Hatta dan mantan Wakil Presiden membentuk Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi, ini menjadi rentetan dari itu tadi dari fosko yang kemudian menjadi Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi.