Mohon tunggu...
Andana's
Andana's Mohon Tunggu... -

Keluarga yang berusaha belajar untuk bahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buat Tuhanmu Tersenyum

6 September 2016   12:13 Diperbarui: 9 September 2016   22:32 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalimat "Buat Tuhanmu Tersenyum" ini disampaikan oleh seorang atasan dalam situasi yang cukup tenang disesi percakapan kami dengan rekan-rekan yang lain. Kalimat ini sangat berkesan dibenak saya saat ini. Bagaimana tidak, ditengah rasa gundah yang tidak menentu dalam melaksanakan tugas yang dimiliki, kalimat ini sepertinya banyak memberikan inspirasi untuk menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan pertama yang saya hadapi adalah kebingung harus mulai dari mana untuk melaksanakan tugas saat ini. Ternyata ketika kita melakukan sesuatu dengan niat baik, tidak merugikan orang lain, ihklas lillahitaalla (semua untuk Alloh) maka tuhanmu akan tersenyum. Tentunya kita harus tetap memiliki ilmunya dan ilmunya tersebut telah kita miliki dari proses belajar baik secara formal melalui jenjang pendidikan yang kita miliki maupun dari pengalaman-pengalama selama kita ada di dunia ini.

Lalu aplikasinya Bagaimana? Sebagai seorang muslim yang beriman, maka hal pertama yang harus kita teguhkan dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Alloh dan Nabi Muhammad adalah utusannya untuk menyampaikan serta mengajarkan kebaikan bagi umatnya. Seringkali kita lupa bahwa apa yang kita hasilkan merupakan karunianya. Kadang kita berkata "kalo ngak ada saya...atau hasil yang diperoleh karena saya melakukan..." padahal kalo kita tidak dikaruniai kesehatan apakah kita bisa bertindak, apakah kalo kita tidak dikaruniai akal apakah kita bisa berpikir, bahkan kalo kita tidak dikaruniai kemampuan untuk hidup maka kita samasekali bukan apa apa. 

Terkait tindakannya sendiri atau apa yang harus kita perbuat tentunya bisa mengambil nilai-nilai yang dicontohkan oleh utusan Alloh dalam hal ini adalah para Rosul dan Nabi yang memang diutus untuk mengajarkan kebaikan di dunia. Mencontoh dan mengikuti untusanNya tentu merupakan hal yang tidak bisa ditawar, karena apa yang dilakukan oleh para Rosul dan Nabi adalah menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya. Salah satu contoh yang bisa saya angkat adalah mencintai sesama, bahkan orang yang memiliki niat yang jahat kepada kita jika kita "cintai" maka hatinya akan luluh. Hal ini di contohkan Nabi Muhammad dalam menghadapi khalifah Umar Bin Khotob ketika beliau belum mendapatkan hidayah, Nabi tidak menyimpan dendam terhadap orang yang memusuhinya, contoh lainnya yang sederhana yaitu bersyukur atas nikmat yang telah diberikanNya ketika kita akan makan, seringkali hal sederhana ini kita lupakan dan banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.

Hal berikutnya yang ingin saya gugah terkait perintahNya, agar kita dapan membuat Tuhan tersenyum adalah terkait dengan perintah Shalat. Apa yang saudara lakukan ketika dipanggil oleh atasan/boss? tentunya saudara akan segera menghampirinya dan langsung mengerjakan/menjalankan tugas yang diberikan. Namun apa yang saudara lakukan ketika mendengar suara adzan, suatu seruan dari Yang Maha Kuasa untuk kita menjalankan ibadah shalat, apakah kita langsung meninggalkan semua apa yang sedang kita kerjakan dan langsung menghampiri sumber suara adzan tersebut? (silahkan jawab sendiri dalam hati)

Banyak yang kurang menghayati bahwa Tuhan tidak pernah rugi ketika umat manusia tidak menjalankan Shalat, namun sebaliknya Tuhan akan tersenyum ketika seseorang menyegerakan untuk menghampiri suara panggilanNya dan melaksanakan Shalat. Belum lagi ketika kita berbicara tempat melaksanakannya, banyak yang mengerjakannya sendiri sedangkan keberadaan mesjid bukan hal yang langka. Bahkan Tuhan memberikan bonus yang berlipat-lipat ketika seseorang mengerjakan Shalat di mejid dan berjamaah. Belum lagi dibandingkan kalo ada keramaian atau konser tertentu, kita malah akan mempersiapkan segala sesuatunya, pakaian, gaya dan lain sebagainya. 

Padahal Tuhan hanya mempersyaratkan pakaian yang bersih dari najis untuk kita dapat melaksanakan Shalat. Saya membaca sebuah tulisan tentang Shalat bahwa jangan jadikan Shalat sebagai suatu kebiasaan. Pada saat awal saya merasa bingung dan bertanya memang kenapa? kesimpulan yang saya ambil terkait hal ini adalah bahwa ketika kita menjadikan Shalat sebagai suatu kebiasaan maka penghayatan, kepasrahan dan keikhlasan kita sebagai hamba yang tidak berdaya terhadap perintah Yang Maha Kuasa selama menjalankan Shalat akan menjadi berkurang.

Berikutnya terkait dengan harta yang dimiliki. Seringkali kita lupa bahwa harta adalah titipan dari Alloh, bahkan Alloh menitipkan rejeki orang lain melalui kita. perintah yang diberikan Alloh dan dicontohkan oleh Nabi salah satunya yaitu melaksanakan Zakat dan ini di wajibkan kepada setiap umat. Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta untuk diperuntukkan kepada orang yang memiliki hak atas harta yang kita miliki. Tidak jarang permasalahan yang muncul dimasyarakat ada karena adanya kesenjangan sosial. Si kaya semakin kaya dan si miskin semakin menderita, kalimat ini bukan lagi menjadi istilah namu kenyataannya memang dekat di lingkungan kita. Jika semua orang berpikir tentang berbagai apa yang dititipkan oleh Alloh maka rasa kekeluargaan dan kebersamaan akan terbangun. Tidak perlu kita menyatakan salahnya sendiri tidak berusaha, yakinlah bahwa Tuhan telah memberikan jalan kepada kita untuk melakukan kebaikan dan kebaikan tersebut yang akan membuat Tuhan tersenyum.

Beberapa waktu yang lalu kita telah melewati masa pembelajaran untuk dapat membuat Tuhan tersenyum. Satu bulan penuh kita diuji untuk melaksanakan puasa di bulan romadhon dan banyak sekali nilai-nilai yang bisa kita ambil hikmahnya ketika kita sedang melaksanakan tugas yang kita miliki. Berpuasa bukan hanya berbicara tentang menahan lapar dan haus, namun lebih besar dari itu ada nilai menghargai sesama, adanya kasih sayang sesama manusia, menahan emosi/kesabaran dalam menghadapi rintangan, berserah diri/pengorbanan, kesemuanya bisa kita petik dan diaplikasikan dibulan selain romadhon. Karena kadang kita hanya berpikir bahwa saat bulan romadhon saja nilai-nilai tersebut bisa diterapkan padahal sebaliknya, justru diluar bulan romadhonlah ilmu yang kita peroleh diterapkan.

Saat ini para tamu Alloh sedang berada di Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Banyak sekali media yang mengulas tentang kegiatan ini bahkan beberapa bisa menjadi headline. Beberapa pemberitaan mengulas kejadian-kejadian yang dialami beberapa jemaah haji yang tidak bisa/tidak jadi berangkat dan ada beberapa berita inspiratif. Cerita inspiratif ini terkait dengan orang-orang yang berlatar belakang penghasilan yang "sangat minim" namun mampu meneguhkan hatinya untuk menjalankan ibadah Haji...Subhanalloh. Saya sangat ingin melaksanakannya dan semoga bisa membuat Tuhan tersenyum...aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun