Mohon tunggu...
Mega Nanda
Mega Nanda Mohon Tunggu... Musisi - Penulis

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rencana Hidup

15 Februari 2020   23:12 Diperbarui: 15 Februari 2020   23:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah membayangkan saya menderita diabetes, atau gula darah saya naik, hampir setiap pagi saya minum teh yang saya seduh sendiri diam-diam, karena saya yang keras kepala ini akan kamu marahi jika ketahuan.

Di usia saya yang sebenarnya bisa dibilang lebih dari dewasa itu, dengan sabar kamu menyayangi saya yang kekanakan dan menyebalkan,
mencuci kembali gigi palsu saya yang semakin sering copot karena memaksakan diri mengunyah kacang.
Kamu tertawa, sambil mengelus kepala saya, perlahan membaringkannya
di pahamu yang terasa tulang.

Saya mendengar dengan samar-samar:
"Terima kasih untuk semuanya."
Lalu kamu kecup baris-baris kerut di dahi saya.

"Melakukan kegiatan sederhana dengan kamu sungguh menyenangkan," kata saya.
"Saya bersedia kita menghitung jumlah uban selamanya. Atau menyusun daftar benda-benda yang ingin kita beli jika ada uang. TV tabung itu sudah layak diganti, kebaya baru akan lebih cocok untuk kulitmu yang lama dan berkedut. Kita juga bisa terus saling menjaga ingatan untuk membayar tagihan listrik dan iuran asuransi kesehatan. Atau rutinitas mengelap sepatu pantofel kesayangan yang sudah tidak lagi saya gunakan itu."

Hanya karena saya sudah mengerti rasanya berbagi, dimiliki, dan ditemukan sehingga saya ingin terus hidup dan saya ingin abadi dengan kamu.

Tetapi saya, lalu membayangkan,
saya harus tetap tiada sebagai lelaki tua yang mati karena terlalu bahagia.

Sedemikian rumit itu saya pernah membayangkan kamu ada dalam rencana masa depan hidup saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun