"Ini udah zaman modern, pada g*bl*k masih percaya babi ngepet"
"T*l*l banget dah, nggak punya otak apa anjingnya disiksa sampe kakinya patah begitu"
"Dasar orang-orang kampung, pasti gara-gara kebanyakan nonton sinetron serigala jadi-jadian"
Â
... dan masih banyak lagi komentar bernada jijik sekaligus heran lainnya saat menanggapi sebuah artikel tentang anjing disiksa di Bekasi karena disangka anjing jadi-jadian. Sebagian besar memang sengaja diselipkan kata-kata kotor, seperti tulisan di atas sehingga harus saya sensor, mungkin maksud mereka supaya terdengar lebih pintar atau lebih berotak lah. Kalimat-kalimat di atas memang menggambarkan apa yang mereka katakan tentang topik yang hangat di kampung saya.
Tentang babi ngepet.
Hari Minggu lalu (3/4) orangtua saya pulang kondangan dari tetangga dan kalimat pertama yang ibu saya katakan adalah "Kamu nggak liputan?" Karena heran sekaligus sedang santai, aku tanya balik "Liputan apaan?"
Mereka lalu bercerita bahwa di RT lain, posisinya dekat dengan RT saya, sedang ada keramaian. Orang-orang dari berbagai wilayah berkumpul demi melihat seekor anjing hitam yang sedang dikurung. Salah satu kakinya dibalut perban. Apa yang unik dari situasi itu?
"Kata orang-orang RT situ, semalem jam 2 orang-orang yang sedang ronda lihat ada 2 anjing dan 1 babi jalan beriringan. Pas dideketin, 1 anjing dan babinya kabur dan mereka berhasil tangkep anjing yang jalannya paling depan. Mereka bilang itu babi ngepet karena aneh ada babi malem-malem, dan warga situ emang lagi sering kehilangan. Mereka pikir anjing yang di depan itu sebagai penunjuk jalannya," kata ibu.
Saya masih berpikir.. "babi ngepet?" karena jujur sudah lama sekali saya tidak mendengar istilah itu.
Orangtua saya lalu melanjutkan ceritanya. Bahkan ayah saya menunjukkan foto anjing yang dikurung tersebut.