Zoom, Google Classroom, Google Meet, dan masih banyak lagi aplikasi lainnya terasa sangat erat dengan kehidupan pelajar di tahun 2020-2021. Bagaimana tidak? Pengaruh dari pandemi yang menyerang seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia, memaksa seluruh penduduk termasuk para pelajar untuk tetap tinggal di rumah demi menekan angka pertumbuhan virus Covid-19.
Kegiatan belajar mengajar sudah tidak sama seperti dulu, di mana biasanya pembelajaran dilakukan secara konvensional dengan mengedepankan interaksi langsung antara guru dan siswa. Kini semuanya serba dilakukan secara virtual, kegiatan pembelajaran pun dilakukan dengan sistem daring.
Saat ini pemerintah Republik Indonesia menginstruksikan untuk melakukan gerakan kerja dari rumah atau Work from Home (WFH) yang mengharuskan masyarakat untuk bekerja secara remote dari rumah mereka masing-masing dengan tujuan untuk memustus rantai penyebaran virus corona ini. Banyak masyarakat yang menanggapinya dengan baik, ada juga masyarakat yang tidak menanggapinya dengan baik.
Salah satu suara tersebut muncul dari kalangan mahasiswa yang ikut terdampak dan harus melakukan kegiatan belajar dari rumah. Instruksi langsung dari pemerintah juga wajib diikuti oleh para mahasiswa sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus korona. Akhirnya, berbagai alternatif metode pembelajaran seperti pembelajaran secara daring atau online learning pun diterapkan.
Banyak gangguan
Pada awal penerapannya, banyak mahasiswa yang menanggapi kelas daring ini dengan baik, namun, setelah berjalannya proses perkuliahan secara daring tersebut, banyak mahasiswa justru mengalami kesulitan dalam belajar. Keadaan itu justru menurunkan mutu pembelajaran bagi para mahasiswa serta mutu pengajaran oleh para dosen.
Mengapa hal tersebut terjadi? Mengapa kebebasan yang diberikan pada mahasiswa dengan cara belajar dari rumah justru membuat berkurangnya efektifitas belajar tersebut? Bukankah seharusnya sebaliknya?
“Menurut saya justru lebih sulit belajar dari rumah, karena ada banyak gangguan yang sifatnya kurang kondusif. Pikiran jadi buyar dan susah fokus. Walaupun lebih santai, sih.” Menurut Kevin, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara yang telah menjalankan kelas daring sejak bulan Maret akibat pandemik Covid-19.
“Jujur saya pribadi lebih pilih belajar di kampus, karena bisa lebih fokus. Tapi kalau situasinya begini juga mau gimana lagi,” jawab Kevin menanggapi pertanyaan mengenai pilihan metode belajar yang sesuai dengan dirinya.
Pendapat tersebut tentunya didasarkan pada pengalaman Kevin dalam mengikuti proses pembelajaran online learning.
“Karena belajar daring, bukan hanya tugas lebih menumpuk, tapi juga banyak distraction saat sedang belajar. Kelas tatap muka punya feel yang beda, interaksi langsung itu cenderung mendukung proses pembelajaran,” ujar David, mahasiswa Universitas Indonesia soal hambatan belajar secara daring.