Pernikahan merupakan momen sakral yang sering kali dipenuhi dengan berbagai tradisi dan simbol yang memperkaya makna acara tersebut. Baru-baru ini, Dian dan Aziz, pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan di Desa Sri Mulyo, mempersembahkan sebuah sentuhan tradisional yang menambah keistimewaan acara mereka. Dalam perayaan tersebut, kembar mayang dihadirkan sebagai simbol keagungan dan keberkahan.
Kembar mayang, yang merupakan rangkaian daun kelapa muda yang dihiasi dengan berbagai ornamen, dikenal dalam tradisi adat Jawa sebagai simbol kekuatan spiritual dan keharmonisan. Dalam konteks pernikahan, pembuatan kembar mayang bertujuan untuk memohon berkah dan restu dari Tuhan serta leluhur agar pernikahan tersebut diberkahi dengan kebahagiaan dan kesuksesan.
Proses pembuatan kembar mayang ini dilakukan secara gotong-royong oleh keluarga dan kerabat dekat mempelai, yang turut menambah kehangatan dan kekompakan dalam persiapan acara. Setiap helai daun kelapa dirangkai dengan teliti dan dihiasi dengan bunga serta kain tradisional, yang mencerminkan perhatian dan doa tulus untuk masa depan pengantin.
Pernikahan Dian dan Aziz tidak hanya menjadi momen berharga bagi mereka, tetapi juga bagi komunitas sekitar yang turut serta merayakan dan melestarikan tradisi. Kegiatan ini juga mendapatkan perhatian dari mahasiswa KKN Universitas Nurul Huda yang turut serta dalam proses pembuatan kembar mayang
Pembuatan kembar mayang dalam pernikahan Dian dan Aziz menjadi contoh nyata bagaimana tradisi lokal dapat diintegrasikan dengan acara modern, menciptakan momen yang tidak hanya indah tetapi juga sarat makna. Dengan kehadiran tradisi ini, pernikahan mereka menjadi lebih dari sekadar acara perayaan, melainkan juga sebuah perwujudan dari kekuatan budaya dan spiritualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H