Setelah puas, lelaki itu mandi dan berdandan rapi. Sebelum ngacir, ia mengambil tas dan menguras seluruh uang di dompet Suniarti yang hanya HK$ 300. Lelaki itu juga menyikat telepon genggam Suniarti.
Si Cantik yang pamit untuk membeli makanan ringan sebentar tak juga kembali hingga sore. Suniarti tidak bisa berjalan. Vaginanya terasa sangat perih. Ia keluar dari tempat itu dengan merangkak. Di kemudian hari Suniarti baru tahu tempat itu ternyata hotel kelas murah di kawasan Mong Kok.
Tertatih-tatih dia berjalan meninggalkan hotel celaka itu. Tak ada seorang pun yang menghiraukannya. Sampai di tepi jalan raya, Suniarti dihampiri seorang buruh migran asal Indonesia yang melihat darah mengalir dari selangkangannya. Dia segera ditolong dan diberi uang saku untuk pulang ke shelter.
Suniarti menutup diri. Dia malu dan berusaha menyembunyikan kemalangan yang menimpanya. Dia tak menceritakan kejadian itu kepada sahabat-sahabatnya di shelter. Dia cuma menanyakan kenapa dua kawan yang mengajaknya ke Kowloon Park tega meninggalkan begitu saja.
Suniarti tak kuasa menahan derita, lahir batin. Dua hari kemudian dia menangis histeris sepanjang hari. Vaginanya terasa gatal bukan main. Dari vaginanya keluar lendir berbau tak sedap. Perutnya sakit dan sering kejang-kejang.
Lelaki Pakistan itu telah menularkan penyakit kelamin. Menurut dokter yang memeriksanya, vagina perempuan malang ini terserang kutil rahim (genital warts). Untuk mengobati penyakit itu butuh waktu lama. Jika tidak segera ditangani, kutil itu bisa memenuhi liang vagina. Seminggu sekali Suniarti harus menjalani pengobatan di Female Social Hygiene Clinic, Yau Ma Tei Jockey Club General Out Patient Clinic. Pengobatan itu atas biaya uang kas shelter.
Celakanya, para penghuni shelter mulai menjauhi Suniarti. Mereka takut tertular penyakit mengerikan itu. Dengan berat akhirnya Suniarti menceritakan pemerkosaan itu. Para penghuni shelter kaget dan kemudian melapor ke polisi.
Selama menunggu penyelesaian kasusnya, Suiniarti bergabung dengan Indonesian Migrant Workers Union. Namun, polisi Hong Kong tidak menemukan pemerkosa dan si Cantik yang "menjual" Suniarti. Juga tak menemukan bukti penganiayaan oleh orang tua bekas majikannya.
Suniarti putus asa dan menutup kasusnya. Ia tak betah lagi tinggal di Hong Kong. Kota harapan itu telah menghadirkan derita tak terperi.
Suniarti memutuskan pulang ke tanah air. Dia mendapat tiket, satu bulan gaji, dan uang libur dari bekas majikannya. Namun dia diwajibkan mengembalikan satu bulan gaji yang sudah diterima kepada kemajikannya, karena dia kabur. Setelah dihitung, Suniarti cuma mengantongi sisa HK$ 150. Padahal, untuk mendapatkan uang itu dia harus menunggu sidang kasus ketenagakerjaan selama setengah tahun.
"Saya pasrah jika nanti suami menceraikan saya," katanya pilu.