Mohon tunggu...
Mega Vristian
Mega Vristian Mohon Tunggu... -

Mega Vristian chozin, lahir di Kalijati, Subang, Jabar. Sangat menyukai bidang tulis menulis. Karya-karyanya dimuat dalam beberapa buku antara lain: Antologi Puisi-Cerpen-Esai Sastra Pembebasan (2004), Dian Sastro For President - On/Off Book (2005), Antologi Puisi Untuk Munir (Nubuat Labirin Luka) – Sayap Baru & Aceh Working Group (2005), Kumpulan Cerpen Nyanyian Imigran – Dragon Family Publisher (2006), buku kumpulan cerpen "Selasar Kenangan" - AKOER (2006), Antologi puisi " Ijinkan Aku Tuhan" penerbit Dragon family Publisher (2008),Kumpulan puisi “ Lima Kelopak Mata Bauhinia” (2008),Antologi puisi Luka Tanah Priok, penerbit Dragon Family Publisher (2010). dan Buku berjudul, Yam Cha penerbit Teater Angin Hong Kong ( 2010) Mendapat Puisi Award (2009) dari tabloid Apakabar – Hong Kong. Mantan anggota FLP, IMWU dan Komunitas perantau Nusantara - Hong Kong. Sekarang aktip di Teater Angin, Hong Kong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Mong Kok Derita Itu Bermula

23 Juli 2010   07:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah puas, lelaki itu mandi dan berdandan rapi. Sebelum ngacir, ia mengambil tas dan menguras seluruh uang di dompet Suniarti yang hanya HK$ 300. Lelaki itu juga menyikat telepon genggam Suniarti.

Si Cantik yang pamit untuk membeli makanan ringan sebentar tak juga kembali hingga sore. Suniarti tidak bisa berjalan. Vaginanya terasa sangat perih. Ia keluar dari tempat itu dengan merangkak. Di kemudian hari Suniarti baru tahu tempat itu ternyata hotel kelas murah di kawasan Mong Kok.

Tertatih-tatih dia berjalan meninggalkan hotel celaka itu. Tak ada seorang pun yang menghiraukannya. Sampai di tepi jalan raya, Suniarti dihampiri seorang buruh migran asal Indonesia yang melihat darah mengalir dari selangkangannya. Dia segera ditolong dan diberi uang saku untuk pulang ke shelter.

Suniarti menutup diri. Dia malu dan berusaha menyembunyikan kemalangan yang menimpanya. Dia tak menceritakan kejadian itu kepada sahabat-sahabatnya di shelter. Dia cuma menanyakan kenapa dua kawan yang mengajaknya ke Kowloon Park tega meninggalkan begitu saja.

Suniarti tak kuasa menahan derita, lahir batin. Dua hari kemudian dia menangis histeris sepanjang hari. Vaginanya terasa gatal bukan main. Dari vaginanya keluar lendir berbau tak sedap. Perutnya sakit dan sering kejang-kejang.

Lelaki Pakistan itu telah menularkan penyakit kelamin. Menurut dokter yang memeriksanya, vagina perempuan malang ini terserang kutil rahim (genital warts). Untuk mengobati penyakit itu butuh waktu lama. Jika tidak segera ditangani, kutil itu bisa memenuhi liang vagina. Seminggu sekali Suniarti harus menjalani pengobatan di Female Social Hygiene Clinic, Yau Ma Tei Jockey Club General Out Patient Clinic. Pengobatan itu atas biaya uang kas shelter.

Celakanya, para penghuni shelter mulai menjauhi Suniarti. Mereka takut tertular penyakit mengerikan itu. Dengan berat akhirnya Suniarti menceritakan pemerkosaan itu. Para penghuni shelter kaget dan kemudian melapor ke polisi.

Selama menunggu penyelesaian kasusnya, Suiniarti bergabung dengan Indonesian Migrant Workers Union. Namun, polisi Hong Kong tidak menemukan pemerkosa dan si Cantik yang "menjual" Suniarti. Juga tak menemukan bukti penganiayaan oleh orang tua bekas majikannya.

Suniarti putus asa dan menutup kasusnya. Ia tak betah lagi tinggal di Hong Kong. Kota harapan itu telah menghadirkan derita tak terperi.

Suniarti memutuskan pulang ke tanah air. Dia mendapat tiket, satu bulan gaji, dan uang libur dari bekas majikannya. Namun dia diwajibkan mengembalikan satu bulan gaji yang sudah diterima kepada kemajikannya, karena dia kabur. Setelah dihitung, Suniarti cuma mengantongi sisa HK$ 150. Padahal, untuk mendapatkan uang itu dia harus menunggu sidang kasus ketenagakerjaan selama setengah tahun.

"Saya pasrah jika nanti suami menceraikan saya," katanya pilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun