Mohon tunggu...
Mega Vristian
Mega Vristian Mohon Tunggu... -

Mega Vristian chozin, lahir di Kalijati, Subang, Jabar. Sangat menyukai bidang tulis menulis. Karya-karyanya dimuat dalam beberapa buku antara lain: Antologi Puisi-Cerpen-Esai Sastra Pembebasan (2004), Dian Sastro For President - On/Off Book (2005), Antologi Puisi Untuk Munir (Nubuat Labirin Luka) – Sayap Baru & Aceh Working Group (2005), Kumpulan Cerpen Nyanyian Imigran – Dragon Family Publisher (2006), buku kumpulan cerpen "Selasar Kenangan" - AKOER (2006), Antologi puisi " Ijinkan Aku Tuhan" penerbit Dragon family Publisher (2008),Kumpulan puisi “ Lima Kelopak Mata Bauhinia” (2008),Antologi puisi Luka Tanah Priok, penerbit Dragon Family Publisher (2010). dan Buku berjudul, Yam Cha penerbit Teater Angin Hong Kong ( 2010) Mendapat Puisi Award (2009) dari tabloid Apakabar – Hong Kong. Mantan anggota FLP, IMWU dan Komunitas perantau Nusantara - Hong Kong. Sekarang aktip di Teater Angin, Hong Kong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Mong Kok Derita Itu Bermula

23 Juli 2010   07:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergilah Suniarti ke Hong Kong. Di Hong Kong ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sehari-hari Suniarti mengasuh lima anak majikan yang masih kecil dan mengurus empat orang dewasa. Baru empat bulan bekerja, dia terpaksa melarikan diri dari rumah majikannya. Dia tak tahan perlakuan kasar kekek majikannya. Si kakek ringan tangan, gemar menganiaya Suniarti. Setiap kali salah satu dari empat anak yang diasuh Suniati ribut atau menangis, kakek itu langsung menempelengnya.

Suniarti berusaha menjelaskan kepada kakek itu bahwa jika cucunya menangis, bukan karena dimarahi atau dipukulnya. Tapi sia-sia saja. Sang kakek tak pernah mempercayainya. Dia malah marah dan kemudian memukulnya.

Suniarti berusaha bersabar, berharap bisa menyelesaikan kontraknya hingga dua tahun. Tapi suatu hari, si kakek membabi buta dan menampari Suniarti. Perempuan ini pun tak tahan dan akhirnya nekat meninggalkan rumah majikan.

Selama kasus penganiayaannya ditangani Departemen Perburuhan Hong Kong, Suniarti tinggal di shelter buruh migran Indonesia di Jordan. Karena banyaknya kasus yang ditangani oleh Departemen Perburuhan, kasus Suniarti harus antre, sehingga punya waktu jalan-jalan menikmati keindahan Hong Kong. Maklum, selama empat bulan bekerja dia tak sehari pun mendapat kesempatan libur. Dengan senang hati dia menerima ajakan dua rekan penghuni shelter untuk jalan-jalan ke Kowloon Park.

Keasyikan menikmati keindahan Kowloon Park membuatnya terpisah dari dua rekannya. Sialnya dua kawan itu tak mempunyai telepon genggam. Suniarti pun tak bisa menghubungi mereka. Saat tersesat, dia bertemu seorang perempuan asal Indonesia. Perempuan berambut lurus panjang dengan dandanan menor dan "gaul" itu tampak ramah dan baik. Setelah berbincang sebentar, perempuan itu membelikannya sebungkus nasi untuk makan siang, kemudian mengajak Suniarti main ke rumah kontrakannya. Si Cantik itu bercerita bahwa dia memiliki building house yang disewakan saat dia berlibur. Suniarti menyebut si Cantik karena tak pernah tahu nama perempuan itu.

"Main yuk, ke tempat kontrakanku," kata si Cantik. "Bisa istirahat di sana, daripada di sini digigitin nyamuk."

Dengan gembira Suniarti menerima ajakan itu. Mereka menuju rumah itu naik taksi. Di sebuah rumah besar bercat putih dia diajak masuk ke sebuah kamar yang serba putih, termasuk seprei dan selimutnya.

Si Cantik menyuguhinya minuman kaleng yang tutupnya sudah dibuka. Perempuan yang baru dikenal itu kemudian pamit membeli makanan ringan. Suniarti disuruh beristirahat di kamar serba putih itu. Suniarti segera berbaring di ranjang karena tiba-tiba saja kepalanya terasa berat. Dia teramat pusing dan mengantuk. Belakangan baru disadarinya minuman kaleng itu telah dicampur obat tidur.

Suniarti terlelap. Ia tidak ingat apa-apa. Tiba-tiba nafasnya sesak, tubuhnya seperti tertindih barang berat. Dengan berat Suniarti berusaha membuka kelopak matanya. Betapa kaget dia. Seorang lelaki besar keturunan Pakistan menindihnya. Suniarti tak tahu dari mana datangnya lelaki itu dan bagaimana masuk ke kamar itu.

Sekuat tenaga Suniarti mendorong lelaki itu dari atas tubuhnya. Tapi sia-sia saja. Cakaran dan amarah Suniarti malah melecut gejolak si laki-laki misterius itu.

Lelaki itu rupanya tak puas mengoyak tubuh Suniarti di atas ranjang. Ia menyeret Suniarti ke kamar mandi. Suniarti terus berontak hingga kepalanya berulang kali terbentur dinding kamar mandi. Laki-laki itu tak peduli. Dengan brutal lelaki itu menelanjangi Suniarti, kemudian menyemprotnya dengan shower, lalu menyetubuhinya. Ia lakukan perbuatan itu dua kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun