Aku merasa hidup dalam ketidakberuntungan. Alasan mengapa aku merasa begitu, mungkin karena aku memang tidak beruntung. Dewi Nemesis selalu menghalangi Dewi Fortuna memberi berkatnya padaku. Mungkin memang karena perbuatanku di masa lalu (Nemesis adalah Dewi pembalasan!). Atau mungkin karena aku lebih tertarik pada mitologi Yunani daripada mitologi Romawi, yang membuatku lebih dekat dengan Dewi Nemesis daripada dengan Dewi Fortuna. Aku bahkan tidak tahu Dewi Fortuna berasal dari mitologi mana. Mungkin Romawi, mungkin dia kawan Dewa Thor, atau bahkan mungkin sebenarnya berasal dari Yunani.
[caption id="attachment_375567" align="aligncenter" width="200" caption="Gambar dewi Nemesis. Aku menyertakan dewi Nemesis dan dewi Fortuna bukan berarti aku percaya dan menyembah mereka. Ini hanya agar tulisan sedikit lebih menarik, ya... begitulah. Tulisan ini kubuat tahun lalu, bulan Mei saat aku berulang tahun yang ke 18. Dan sebagai tambahan, aku memang sangat suka mitologi Yunani dan Romawi (bukan kesukaan yang umum, kurasa. Tapi aku serius). Sekarang aku tahu bahwa dewi Fortuna berasal dari Romawi! "][/caption]
Aku terpikirkan akan hal ini setelah kejadian kemarin saat, tiga orang temanku membuat sebuah kejutan ulang tahun yang sebenarnya ulang tahunku sudah terlewat 4 hari yang lalu. Ini adalah kejutan pertama yang pernah kudapatkan seumur hidupku. Dengan selang air, tepung terigu, kue ulang tahun lengkap dengan lilin angka 18 nya.
Mereka menyiramiku dengan selang seperti aku ini adalah pohon apel menyebalkan yang tidak pernah berbuah seumur hidup di halaman depan rumah. Tepung berhamburan di tempatku berdiri. Temanku yang bodoh juga sama-sama terkena hujan terigu yang dia buat sendiri. Tidak lama kemudian ibu temanku datang, raut mukanya berbeda sama sekali dengan yang kulihat dulu: raut muka yang ramah. Sekarang yang kulihat adalah raut muka yang marah. Marah pada anaknya dan teman-teman anaknya yang berkelakuan bagai setan.
Semuanya semakin parah ketika gayung hijau besar yang seharusnya ada di toilet tidak bisa ia temukan. Sang ibu murka. Kami terdiam, terlalu terkejut untuk berkomentar. Ternyata si ibu berhasil membuat kejutan yang lebih heboh daripada apa yang anaknya lakukan. Ini adalah ulang tahun yang penuh kejutan. Aku suka itu, terimakasih Nemesis. Mungkin aku memang tidak cocok dengan apa yang disebut dengan “bersenang-senang”. Karena sebelumnya aku juga pernah menyiram temanku disini, dan tidak ada masalah dengan gayung, selang air, ataupun tepung terigu yang berhamburan. Aku merasa sial. Mungkin aku harus melakukan persembahan khusus agar Dewi Nemesis mau pergi dariku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H