Baduy, sebuah masyarakat adat di Banten, Indonesia, terkenal dengan keunikan tradisinya yang kental dan penghidupan yang terpencil. Namun, Baduy terbagi menjadi dua kelompok utama, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam, masing-masing dengan ciri khas dan tradisi yang membedakannya. Artikel ini akan menjelajahi perbedaan dan kemiripan antara Baduy Luar dan Baduy Dalam serta bagaimana keduanya berperan dalam mempertahankan warisan budaya mereka.
Baduy Luar, atau disebut juga dengan Baduy luar negeri, berinteraksi dengan masyarakat luar lebih banyak daripada Baduy Dalam. Mereka memperbolehkan pengunjung dan wisatawan untuk mengunjungi desa-desa mereka. Meskipun mempertahankan gaya hidup yang sangat sederhana, Baduy Luar lebih terbuka terhadap pengaruh dari luar, terutama melalui kontak dengan orang asing yang berkunjung ke desa-desa mereka.
Baduy Luar tetap setia pada tradisi pertanian dan peternakan sebagai sumber utama kehidupan mereka. Mereka menanam padi, kelapa, dan tanaman lainnya serta mengembangkan keahlian dalam pembuatan tenun dan kerajinan tangan tradisional. Keberlanjutan dan keberlangsungan hidup mereka sangat tergantung pada pemeliharaan alam sekitar.
Baduy Dalam, atau disebut juga Baduy negeri sendiri, memiliki gaya hidup yang lebih terisolasi. Mereka memegang teguh tradisi adat dan memiliki aturan ketat tentang interaksi dengan dunia luar. Sebagai contoh, mereka tidak mengizinkan pemakaian alas kaki di dalam desa mereka, dan orang asing tidak diizinkan untuk bermalam di sana. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesucian dan kemurnian adat istiadat mereka.
Kedua kelompok Baduy memiliki sistem pemerintahan tradisional yang unik. Pemimpin tertinggi, Puun, adalah pemimpin spiritual dan pemerintahan yang memimpin kedua kelompok Baduy. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan konsensus dalam musyawarah yang melibatkan tokoh-tokoh adat dan masyarakat.
Baduy, baik Luar maupun Dalam, mempraktikkan Agama Sunda Wiwitan, agama tradisional Sunda yang memiliki akar kuat dalam kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ritual dan upacara keagamaan memiliki peran sentral dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kedua kelompok Baduy menghadapi tantangan untuk menjaga keberlanjutan gaya hidup tradisional mereka di tengah perubahan global. Tantangan ini termasuk tekanan dari urbanisasi, perubahan iklim, dan pengaruh budaya modern. Namun, melalui upaya pelestarian dan edukasi, Baduy Luar dan Baduy Dalam dapat menjaga warisan budaya mereka agar tetap hidup dan relevan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H