untuk bunda tercinta disurga, Aida Purwaningsih Esti Widati
Hujan rintik-rintik diluar,dan hari itu sudah malam..
tapi ia masih menyempatkan membawa kue rapat kantor yang masih terbungkus rapi. Kita semua bersorak karena itu adalah kue yang sungguh enak dari semua kue yang kita pernah makan, ia tak pernah mengambil satupun kue namun ia sungguh senang apabila hadir didalam rapat, "anakk ku suka kue ini, terimakasih tuhan".
ia memberikan wajah paling garangnya ketika menyuruh kita untuk pergi mengaji waktu kita kecil dulu, pernah kami tak sadar untuk mengerjakan tugas kecil menulis huruf arab disebuah kertas karton kecil, tampak sederhana sekali.. dengan coretan khas yg jelek karena malas untuk belajar menulis arab.. pulangnya kami berikan karton kecil bertuliskan "ya allah lindungilah kedua orangtuaku". dan saya baru tau kalo karton kecil itulah yg selama ini menemani dompetnya.
ketika kami sungguh malas untuk mencari kakak yang selalu pulang malam ia adalah orang yang pertama mengambil senter dan jaket hangat untuk sekedar mencari ditempat-tempat nongkrong favorit kakak, dan saya adalah orang yang paling malas untuk menemaninya, malam malam itu adalah saksi atas kasih sayang dan rasa pedulinya kepada kami.
2 pak indomi, 2 pak kopi, dan 3 pak mie gelas dan beberapa bungkus teh selalu ia beli, kami sering bertanya buat apa? ia menjawab," buat anak-anak dikantor.." kami sadar kami bukan anak satu-satunya..
kami selalu aneh melihat orang menawar harga, bagi kami menawar adalah satu2nya hal yg tidak diajarkan oleh beliau. saya tidak pandai menawar dan saya bangga
suatu pagi tangannya penuh dengan setumpuk sayur singkong dan kankung, kami heran dan menanya cepat "buat apa lagiiii emangnya.. sayur sudah banyakk kan" ia menjawab, kakek itu berjalan jauh setiap pagi dengan kaki buntung sungguh sulitt membayangkannya.. sungguh berdosa kalo kita tidak membeli beberapa ikat.
sulit membayangkan perasaannya ketika mempunyai seorang anak yang 3 kali pindah sma dan 3 kali pindah kuliah karena bolos, telpon untuk datang kesekolah adalah hal yang saya rasa paling menakutkan saat itu. namun itulah tak pernah sekalipun ia berkata "saya menyerah tuhan"
pernah saya membentak beliau karena emosi, dan ia menangis karenanya.. itulah tangisan pertama yg saya buat, sungguh saya menyesal dan merasa paling bodoh sedunia.
masih ingat saya pagi itu, saya bergegas cepat dan terburu-buru mengejar jadwal ujian tes masuk sebuah perguruan tinggi negeri. saya terpana akan puluhan ribu orang yang ikut ujian saat itu, ketika keadaan hening ada sayup2 memanggil saya, ternyata beliau.. saya kaget ia jauh-jauh menyusul ujian hanya untuk memberikan 2 potong lontong isi, ia takut saya kelaparan dan tidak konsen ujian.. saya menangis saat itu dan saya lulus setelahnya.
and many other things that we thought it was amazing..