Pulau kecil yang terletak di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau dan penuh dengan sejarah Kesultanan Melaka. Walaupun kecil dan terletak cukup jauh dari pusat kota Tanjung Pinang, pulau ini merupakan salah satu destinasi pilihan masyarakat ketika mengunjungi Kepulauan Riau khususnya Tanjung Pinang.
Pulau yang belum banyak dikenal orang ini, ternyata telah dijadikan oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia. Mungkin banyak orang mengira tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan di pulau ini. Saya sendiri ketika mengunjungi pulau ini hanya memerlukan waktu kurang dari satu hari untuk bisa mengelilingi pulau ini.
Ketika mengunjungi Pulau Penyengat, saya menggunakan perahu bermotor atau kapal kecil dari pelabuhan Tanjung Pinang. Waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit saja dari Tanjung Pinang.
Untuk mengelilingi pulau ini, saya juga menggunakan salah satu transportasi khas Pulau Penyengat yaitu, Bentor atau Bendi Motor. Bentuk kendaraan ini mirip dengan delman, bedanya Bentor tidak menggunakan kuda tetapi motor. Transportasi ini muat mengangkut dua orang penumpang saja.
Hal pertama yang bisa kalian kunjungi adalah Masjid Raya Sultan Riau. Masjid ini merupakan peninggalan Kesultanan Melaka, loh. Masjid ini unik karena terbuat dari putih telur pada saat pertama kali dibuat. Untuk kalian yang Muslim, kalian bisa ikut beribadah di masjid ini. Ketika saya mencoba air di masjid ini, airnya sangat dingin dan segar. Masjidnya juga bersih dan cukup luas.
Setelah itu, saya memutuskan untuk mengelilingi Pulau Penyengat dan mengunjungi situs makam yang ada di pulau ini. Saya mempelajari banyak sejarah baru, terutama awal mula pulau ini disebut Pulau Penyengat. Saya juga masuk ke dalam makam dan ikut mendoakan para leluhur kerajaan. Saya juga menyisihkan sedikit uang untuk perawatan makam tersebut.
Saya juga masuk ke salah satu bangunan tempat raja tinggal. Sebelum pandemi, masyarakat yang datang boleh menyewa baju adat yang disediakan dan berfoto di tempat singgah raja. Biaya sewanya juga cukup murah hanya sekitar Rp 25.000 saja. Sayangnya, saat itu sedang pandemi sehingga saya tidak diperbolehkan untuk menyewa baju adat Pulau Penyengat untuk alasan keamanan dan kesehatan.
Setelah lelah berkeliling, saya dan keluarga memutuskan untuk mencicipi makanan khas Pulau Penyengat. Restoran yang saya datangi berada di atas pantai, sehingga sangat nyaman dan udaranya sejuk. Sambil menikmati makanan, saya juga bisa menikmati pemandangan segar laut dan pantai.
Berkunjung ke pulau yang penuh dengan sejarah merupakan hal yang baru buat saya. Saya mendapatkan banyak pengetahuan baru dan pastinya pembelajaran baru di pulau tersebut.