Para orang tua juga dilibatkan dalam sesi ini, diajarkan bagaimana cara melanjutkan latihan-latihan ini di rumah. "Partisipasi orang tua sangat penting karena latihan-latihan ini harus dilakukan secara rutin untuk memberikan hasil yang optimal," tambah Aniswatun.
Sesi berikutnya dipandu oleh Bapak Hadi Pronodo, M.Pd, yang memberikan materi mengenai "Social Behavior Therapy". Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosial anak-anak dengan autisme, membantu mereka untuk lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang ada.
Hadi menekankan bahwa kemampuan sosial adalah aspek yang sangat penting bagi anak-anak dengan autisme.
"Sering kali, anak-anak dengan autisme mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Ini bisa membuat mereka merasa terisolasi dan kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan sosial mereka," ujar Hadi.
Materi yang diberikan mencakup berbagai teknik dan strategi untuk mengembangkan kemampuan sosial anak-anak. Anak-anak diajarkan cara berkomunikasi yang efektif, termasuk bagaimana cara memulai dan mengakhiri percakapan, mengenali ekspresi wajah dan emosi orang lain, serta bagaimana merespons situasi sosial dengan tepat.
Salah satu aspek penting dari kegiatan ini adalah partisipasi aktif dari para orang tua.
Para orang tua diberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendukung anak-anak mereka dalam penerapan materi yang telah diberikan. Pendampingan dari orang tua di rumah diharapkan dapat memperkuat dan mempercepat perkembangan anak-anak.
Diana, selaku ketua KOPALA, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada UM Metro dan tim pengabdian yang telah menyelenggarakan kegiatan ini.
"Kami sangat berterima kasih atas pendampingan yang diberikan. Ini sangat membantu kami sebagai orang tua dalam mendampingi anak-anak kami. Kami mendapatkan banyak pengetahuan baru yang sangat bermanfaat," ujarnya.
Para orang tua diajak untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai tantangan dan keberhasilan dalam mendampingi anak-anak mereka. Sesi diskusi ini memberikan kesempatan bagi orang tua untuk saling mendukung dan belajar dari pengalaman satu sama lain.
"Dukungan dari sesama orang tua sangat penting. Kami bisa belajar banyak dari pengalaman mereka dan juga merasa tidak sendirian dalam menghadapi tantangan ini," tambah Diana.
Ketua pengabdian, Ibu Sangidatus Sholiha, menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan. "Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah awal untuk program-program pendampingan lainnya yang lebih intensif dan berkelanjutan. Kami ingin memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak dengan autisme di Lampung," kata Sangidatus Sholiha.