Ketika ada yang membutuhkan pertolongan, mereka hanya membutuhkan satu tindakan kebaikan dan kepedulian untuk mengubah hidupnya. Terlebih, jika tindakan tersebut dilakukan tanpa pamrih.
Perilaku tersebut bisa menjadi cara untuk meningkatkan kebahagiaan dan berdamai dengan diri sendiri. Seperti yang dibahas dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Ketika Kebaikanmu Gak Dibalas” yang dapat diakses melalui tautan dik.si/AnyJiwKebaikan.
Dalam psikologi, tindakan kebaikan dan kepedulian dengan menolong orang lain disebut altruisme. Pendek kata, ia merupakan sebuah perilaku yang ingin menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Apa itu Altruisme?
Menurut American Psychological Association, altruisme merupakan perilaku yang menguntungkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri.
Tindakan ini termasuk dalam bagian perilaku prososial yang mengacu pada tindakan yang menguntungkan orang lain tanpa adanya motif terkait tindakan yang diberikan.
Dikutip dari Psych Central, Dr. Jessica Myszak, psikolog yang berbasis di Glenview, mengatakan bahwa altruisme kerap dianggap sebagai salah satu karakteristik yang menentukan arti menjadi manusia.
Biasanya, altruisme muncul atas dasar kepekaan pribadi seseorang. Dengan demikian, empati adalah dasar tindakan ini. Namun, sikap ini juga dapat terdorong oleh penghargaan moral yang positif dan rasa puas.
Selain itu, perilaku ini juga dapat membuat seseorang lebih peka dan cenderung memiliki kepedulian yang lebih tinggi terhadap lingkungannya.
Jenis Altruisme
Dalam buku Psikologi Sosial (2012), Myers telah membagi altruisme dalam beberapa jenis.
1. Altruisme Kerabat
Altruisme kerabat dapat dipicu ketika seseorang mendukung atau membantu kerabat dan orang yang dicintai tanpa pamrih atau membuat pengorbanan pribadi untuk mereka dengan tulis.