Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Keliru, Ternyata Ini Bedanya Halusinasi dan Delusi

10 April 2023   18:50 Diperbarui: 10 April 2023   18:51 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski terdengar serupa, halusinasi dan delusi memiliki beberapa perbedaan. (Freepik) 

Ketiga, yaitu delusi erotomania yang percaya bahwa orang penting (misalnya, selebriti) jatuh cinta padanya. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa mengacu pada perilaku menguntit orang yang dituju.

Keempat adalah delusi somatik. Orang-orang dengan kondisi delusi ini percaya bahwa mereka menderita kondisi medis yang tidak mereka alami. Kelima adalah delusi penganiayaan yang merupakan jenis paling umum. Delusi ini membuat penderitanya bersifat paranoid karena takut ada yang menyakiti mereka.

Keduanya pun kerap diderita oleh penderita skizofrenia, namun lebih dominan halusinasi. Sebab, mereka terkadang menderita psikotik, yaitu kehilangan kuasa diri dengan kenyataan. Jadi, ada kemungkinan mereka mungkin tidak tahu mana yang nyata dan mana yang tidak.

Pengobatan Halusinasi dan Delusi

Pengobatan delusi atau halusinasi akan sangat bergantung pada kondisi para penderitanya. Mengutip Very Well Mind, ada beberapa alternatif pengobatan yang bisa dilakukan.

1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT) 

Terapi ini dapat membantu penderita mengenali gejala serta mengendalikan reaksi mereka terhadapnya. Biasanya, jika penderita tak mengalami kondisi psikotik yang parah, terapi ini bisa dilakukan sembari rawat jalan.

Pasalnya, CBT menawarkan penderitanya untuk mendiskusikan kemungkinan alternatif tentang ketidakpercayaan mereka. Jika perlu, terapi ini juga akan dibarengi dengan obat-obatan.

2. Obat Antipsikotik

Obat antipsikotik dapat mengurangi delusi dan halusinasi jika terapi masih tak kunjung menunjukkan kemajuan. Obat ini bekerja dengan menghalangi efek neurotransmitter dopamin di otak. Nantinya, ia akan membantu penderita agar mampu membedakan hal yang nyata dan tidak.

3. Rawat Inap dan Rehabilitasi

Opsi terakhir dilakukan jika penderitanya mengalami episode psikotik parah yang dapat melukai diri sendiri dan/atau orang lain. Selain itu, halusinasi yang disebabkan penyalahgunaan zat narkotika juga wajib dilakukan rehabilitasi. Sebab, kondisi ini tak bisa hilang dalam jangka waktu yang sebentar.

Dibutuhkan bantuan profesional untuk merawat dan mengevaluasi kondisi mereka yang disebabkan oleh kecanduan. 

Lantas, bagaimana perbedaan halusinasi, delusi, dan ilusi menurut dr. Dharmawan? Dengarkan jawaban lengkapnya melalui siniar Anyaman Jiwa episode “Ilusi, Delusi, dan Halusinasi. Bedanya Apa?” dengan tautan  bit.ly/AnyJiwIlusi.

Akses sekarang juga playlist YouTube Medio by KG Media untuk mendapat informasi lebih banyak seputar kesehatan mental yang bisa menunjang kehidupan sosial, karier, hingga romansamu. Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniarnya sekarang juga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun