Tak dapat dimungkiri, meskipun zaman sudah bertransformasi ke era teknologi, masyarakat Indonesia masih lekat dengan kepercayaan mistisnya. Contohnya, beberapa waktu lalu, kita dihebohkan dengan fenomena babi ngepet yang berasal dari Depok.
Masyarakat Depok yang terdiri dari masyarakat modern pun masih percaya dengan kehadiran sosok babi ngepet. Begitu pula dengan masyarakat Indonesia di kota-kota lainnya yang masih mempercayai mitos, pantangan, dukun, hingga santet.Â
Tak ada yang salah dengan hal ini sebab kepercayaan atas hal-hal gaib sudah ada sejak nenek moyang kita hidup. Kini, kepercayaan itu pun berfungsi sebagai khazanah budaya yang ternyata memiliki nilai kehidupan. Cerita-cerita mistis dan mitos itu pun juga memiliki nilai pembelajaran yang diolah melalui logika.
Selain berbentuk tulisan ilmiah, hubungan erat antara mistis dan logika ini juga dibalut dalam drama audio. Salah satu siniar milik Medio Podcast Network by KG Media, yaitu Tinggal Nama dengan tautan akses dik.si/PodcastTinNam, mempersembahkan musim kelima yang akan berfokus pada kisah-kisah kriminal yang dikaitkan dengan mitos tertentu.
Jika musim lalu Tinggal Nama memiliki genre biografi yang mengisahkan kehidupan pahlawan hingga tempat bersejarah, musim ini Tinggal Nama mengusung genre horor supranatural. Menurut Ikko Anata, Podcast Producer, yang membedakan audio drama siniar ini dengan yang lainnya, yaitu adanya logika di balik setiap kejadian mistis atau kepercayaan.
Kedua konsep ini pun penting sebab Indonesia merupakan negara yang mayoritas warganya menganut kepercayaan. Itu sebabnya, di samping berkembangnya ilmu pengetahuan, kepercayaan terhadap hal-hal gaib pun masih hadir beriringan dalam kehidupan masyarakat kita. Sementara itu, hanya segelintir manusia saja yang hanya berpegang pada satu konsep ilmu pengetahuan ataupun konsep kepercayaan.
Misalnya, saat ada kasus orang tenggelam di Pantai Selatan dengan pakaian hijau dan tak pernah ditemukan, beberapa orang dengan kepercayaan animisme kental akan mengaitkannya dengan sosok Nyi Roro Kidul.Â
Namun, jika melihat disertai dengan logika, menggunakan pakaian hijau di pantai berbahaya karena dapat mempersulit proses penemuan korban yang terseret arus bahkan hingga tenggelam. Bahkan, hal ini pun disetujui oleh Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Itu sebabnya, sebagai masyarakat Indonesia yang sudah melek dengan ilmu pengetahuan, kita harus mampu lebih kritis melihat hal-hal seperti ini. Jangan khawatir sebab melalui siniar Tinggal Nama, kita akan dibawa lebih jauh lagi untuk mengenal kisah kriminal yang dibalut dengan mistis dan logika.
Tak lupa, Ikko juga memberikan harapannya terhadap kehadiran musim kelima dari siniar Tinggal Nama,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!