Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Catat! Ini Cara Menangani Gaslighting Menurut Psikolog Klinis

13 Januari 2023   10:00 Diperbarui: 13 Januari 2023   10:17 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaslighting adalah Sikap yang tidak memvalidasi perasaan seseorang. (Freepik/drobotdean)

Oleh: Fauzi Ramadhan

Bayangkan ketika kamu bersedih karena urusan pekerjaan, kemudian rekan kerjamu menganggap kesedihan itu adalah sesuatu yang berlebihan. Apa yang kamu rasakan saat berada di posisi tersebut? Apakah kamu merasa lebih tenang atau justru semakin sedih?

Perasaan pasti campur aduk saat berada di situasi tersebut. Di satu sisi, kita seperti diminta untuk tidak bersedih lagi karena perasaan itu dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan. Di lain sisi, kita semakin sedih karena perasaan tidak divalidasi oleh orang lain. Bahkan, kita jadi merasa bersalah dengan keadaan ini. 

Sikap yang tidak memvalidasi perasaan tersebut dinamakan gaslighting. Secara definisi, gaslighting adalah tindakan memanipulasi seseorang dengan memaksa korban untuk mempertanyakan pikiran, perasaan, dan peristiwa yang dialami. Istilah ini berasal dari film bertajuk “Gaslight” yang bercerita tentang manipulasi seorang suami kepada istri untuk meyakinkannya bahwa ia akan gila.

“Semua orang bisa saja mengalami dan melakukan gaslighting,” ungkap psikolog klinis, Dra. Astrid Regina Sapiie, dalam episode “Begini Caranya, Menghadapi Pasangan Yang Gaslighting” pada siniar Anyaman Jiwa.

Meski siapapun dapat melakukan gaslighting, Astrid mengungkapkan bahwa pelaku gaslighting cenderung berasal dari seseorang yang ingin menguasai orang lain. “Selain itu, situasi ini umumnya dilakukan oleh atasan, kakak, suami, atau seseorang yang memiliki posisi lebih tinggi,” jelas Astrid. 

Pelaku memanipulasi korban dengan menghancurkan keyakinan atau pendapat korban. Akibatnya, kepribadian korban menjadi hancur,” jelas Astrid. Lebih lanjut, Astrid menyebutkan dampak panjang gaslighting yang dialami korban, seperti depresi, cemas, dan hilangnya rasa percaya diri. 

Bahkan, lebih parahnya lagi, karena pelaku berhasil memanipulasi dan menyalahkan cara berpikir, alhasil korban beranggapan bahwa ia merupakan sumber kebenaran. Akhirnya, korban bergantung kepada pelaku karena adanya anggapan tersebut.

“Ini adalah suatu kekerasan psikologis”, ucap Astrid. 

Mengenai kesadaran korban dari gaslighting, menurut Astrid, seiring berjalannya waktu korban akan merasa tidak nyaman dengan situasi. Kemudian, korban akan menyadari tindakan-tindakan pelaku sebagai sesuatu yang manipulatif dan toksik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun