Bagi beberapa orang, keluarga dianggap sebagai tempat kembali. Tak jarang pula definisi "rumah" sangat lekat dengan keluarga. Sayangnya, tak semua keluarga bisa menjadi tempat aman.
Faktanya, keluarga juga tak terlepas dari masalah atau konflik. Di Indonesia sendiri, bertebaran kasus-kasus yang berakar dari konflik keluarga. Sebut saja kasus anak SDN Cinere 1 pada 2021 yang melakukan penganiayaan terhadap temannya disebabkan adanya ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga.
Di sisi lain, konflik keluarga turut memicu terjadinya tindak kejahatan, seperti kekerasan dalam rumah tangga, tawuran, kurangnya toleransi masyarakat, penyalahgunaan narkoba, dan bunuh diri.
Itu sebabnya, penting bagi orangtua agar mampu mendidik anak dengan baik. Mereka harus menanamkan nilai-nilai sosial dan etika. Selain itu, proses penanaman itu juga harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari agar terbentuknya kepercayaan anak.
Maraknya permasalahan itu membuat salah satu siniar persembahan dari Medio Podcast Network, yaitu Tinggal Nama, menghadirkan original series ketiga yang berjudul "Agung". Memiliki tujuh episode, serial "Agung" mengangkat kisah perihal konflik internal keluarga yang dibalut dengan kasus kriminal.
Satu hal yang membuat serial "Agung" istimewa adalah menggunakan perspektif jurnalis dalam membawa permasalahan yang sering terjadi di Indonesia ini. Selain itu, pendengar juga diajak memahami kisah hidup tokoh utama, Agung, dan alasan di balik setiap perbuatannya.
Dalam penceritaannya, serial "Agung" dibalut dengan kekentalan budaya dan polemik politik Indonesia pada masa 1990-an. Gregorius Amadeo dan Anna Fatinasari, selaku Co-Producer, menjelaskan, "Pemantik kisah Agung bermula dari kisah yang paling dekat dengan saya dan Anna, yaitu keluarga. Bagaimana keluarga berdinamika antara ayah, ibu, dan anak-anaknya? Bagaimana keluarga ini memerankan dirinya di lingkungannya? Kurang lebih itu pemantik awal kami saat membayangkan kisah Agung ini."
Mereka juga menambahkan, "Kami juga memberikan konteks latar 90-an. Saya rasa menarik karena aksen atau gaya bicara di film atau drama tahun-tahun segitu ada ciri khasnya. Saya harap Agung bisa dinikmati oleh pendengar semua."
Sebagai platform bercerita, siniar dipilih karena kemudahan aksesnya. Tak hanya itu, serial "Agung" dalam siniar Tinggal Nama diharapkan juga mempunyai dua manfaat sekaligus, yaitu hiburan untuk melepas penat dan menambah wawasan akan fenomena konflik keluarga yang kerap terjadi di masyarakat.
Melalui drama audio, audiens seolah-olah diajak untuk mereka ulang kejadian. Selain itu, penambahan efek-efek suara latar dan dialog ilustrasi kejadian diharapkan dapat menimbulkan sensasi mencekam bagi para pendengar.