Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bollon
SITUASI pandemi yang kian membaik, membuat beberapa kantor mengharuskan karyawannya untuk kembali bekerja dari kantor.
Meskipun begitu, ada pula beberapa perusahaan yang mengizinkan karyawannya Work From Anywhere (WFA). Artinya, para karyawan bisa bekerja sembari bepergian ke luar kota.
Disebutkan pula dalam artikel Harvard Business Review kalau milenial sudah sangat tertarik dengan model kerja ini. Bahkan, studi yang dipublikasikan pada 2015 oleh Bloom dkk. menemukan bahwa ketika para karyawan bisa memilih untuk bekerja di kantor atau di luar, tingkat produktivitas pun meningkat sebesar 22 persen.
Mincot, admin HRD Bacot, melalui siniar Obsesif bertajuk “Maksimalkan Work Form Anywhere” juga menambahkan kalau tren kerja ini sebenarnya sudah lama dilakukan. Akan tetapi, pada saat itu, belum ada istilah yang tepat.
Dulu, tren ini hanya dilakukan oleh pekerja lepas (freelancer) dan pembuat konten (content creator). “Dan, istilahnya belum dipakai secara menyeluruh untuk pekerjaan yang sifatnya formal,” tambah Mincot.
Pada Awalnya, Diperlukan Adaptasi
Sebelum bisa fleksibel ketika melakukan WFA, kita pasti memerlukan adaptasi agar mampu mencapai titik nyaman. Hal ini disebabkan karena sebelumnya, kita harus pergi ke kantor. Hal ini pun berubah ketika WFA, kita tak perlu menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Selain itu, kita juga bisa melakukan aktivitas lainnya sembari bekerja. Alhasil, semuanya jadi lebih fleksibel.
“Menurut Mincot, produktif (dalam WFA itu) kita bisa ngelakuin hal lain dan menghemat tenaga untuk berangkat dan pulang kantor.”
Tak hanya itu, situasi di luar kantor pun cenderung nonformal sehingga terkadang sulit bagi kita berkonsentrasi. Ada banyak distraksi yang dirasakan oleh kita. Misalnya, sulit membagi pikiran antara liburan dan bekerja.