Terlebih, ketika seseorang sudah memiliki aset NFT, ia akan merasa teridentifikasi sebagai suatu kelompok NFT. "Jadi ada perasaan in-group di sana, perasaan melakukan sesuatu bareng, investasi bareng, dan melakukan kegiatan bareng," ujarnya.Â
Selain itu, menurutnya, akibat dari sifat NFT yang langka, eksklusif, dan terbukti kepemilikannya, hal itu membuat seseorang lebih merasa berada dalam kelompok serupa.
Beranjak dari hal tersebut, Nago kemudian merespons fenomena Ghozali Effect yang membuat banyak orang beranggapan bahwa NFT merupakan suatu ladang untuk mendapatkan uang dengan mudah.Â
Oleh karena itu, tak heran jika banyak orang mencoba peruntungan yang sama. "Semua orang jadi pengen tahu," ujar Nago.Â
Euforia aset digital ini ternyata juga muncul di teman-teman Nago sendiri. "Setiap hari mereka grinding di Twitter dan Discord, sampai ngelupain pekerjaan mereka di dunia nyata," ungkapnya.Â
Ia tak menampik bahwa NFT memang dapat menghasilkan uang dalam jumlah banyak, tetapi tak semua orang bisa seberuntung Ghozali.Â
"Kalau dibilang easy money, sebenarnya banyak sih orang yang mendadak kaya di dunia NFT ini, tetapi secara persentase mungkin, ya, kecil banget," ungkap Nago.Â
Selain itu, aktivitas grinding seperti yang dilakukan oleh teman-teman Nago juga berpotensi merusak tanggung jawab diri. "Kita malah melemparkan semua tanggung jawab kita ke investasi ini yang kadang kita gak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak," ujarnya.Â
Dengan demikian, Nago mengingatkan kita agar tidak mengandalkan NFT sebagai pundi-pundi penghasil uang dengan mudah, apalagi sampai bergantung dengan aset digital tersebut.Â
"Jangan diam-diam mengharapkan easy money," tambahnya.Â
Bagi kamu yang masih penasaran dengan fenomena NFT dan efeknya terhadap masyarakat di atas, dengarkan perbincangan lebih lengkapnya melalui podcast OBSESIF bertajuk "Nago Tejena: What's Going on With NFT and Digital Society?".Â