Mohon tunggu...
Medina Putri Utami
Medina Putri Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

mahasiswi ilmu komunikasi 2018 universitas islam indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

KB, Keluarga Berkuasa

23 Juni 2020   08:44 Diperbarui: 23 Juni 2020   08:42 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Klaten adalah salah satu kota atau kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah. Sebuah Kabupaten biasanya dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati yang telah dipilih melalui pilkada. Begitu juga kota klaten, dipimpin oleh bupati dan wakil bupati yang menjabat pada periode tersebut. Namun, terdapat kejanggalan yang terlihat didalam pemerintahan kota ini. Seperti yang telah tertera dijudul, Keluarga Berkuasa.

Keluarga Berkuasa atau Politik Dinasti yang berada di kota Klaten tentu membuat warga terheran-heran bahkan tidak menyadarinya. Politik yang telah dibangun oleh 2 keluarga ini tidaklah disangka-sangka. Tercatat oleh catatan sejarah maupun catatan teknologi, perpolitikan dinasti di kota Klaten telah ada sejak tahun 2000. Dua keluarga yang ada hanya menggunakan roda sebagai alat untuk perputaran bupati maupun wakil bupati. Dari tahun 2000 hingga 2005 Haryanto Wibowo (Suami Sri Hartini) menjabat sebagai bupati Klaten. Kemudian dilanjutkan oleh Sunarna (Suami Sri Mulyani) pada tahun 2005 hingga 2010. Di periode keduanya, Sunarno mencalonkan kembali menjadi bupati dan menggandeng Sri Hartini sebagai wakil calon bupati dan notabennya adalah istri dari mantan bupati klaten sebelumnya. Setelah masa periode Sunarno berakhir, naiklah Sri Hartini menjadi Bupati dan menggandeng istri dari Sunarno yaitu Sri Mulyani pada periode 2015 hingga 2020.

Belum lama menjabat, Sri Hartini yang menjabat sebagai bupati pada periode tersebut tertangkap KPK karena dugaan suap mutasi jabatan. Sri Hartini ditanggap dan divonis penjara selama 10 tahun. Tentunya menjadi pertanyaan besar terkait dengan dinasti yang ada. Setelah itu, istri dari Sunarno (Sri Mulyani) naik jabatan menjadi Bupati. Bukan kali pertama, kedua keluarga tersebut mendapatkan kasus. Mulai dari Haryanto, ia menjadi tersangka kasus korupsi pengadaan buku paket tahun ajaran 2003/2004 senilai Rp 4,7 miliar dan kasus dana APBD. Tetapi, haryanto divonis bebas. Selanjutnya yaitu Sunarno diduga atas beberapa kasus korupsi seperti dana gempa 2006 senilai Rp 2,41 triliun, DAU Rp 600 miliar, dan dana Askeskin Rp 10 miliar. Ternyata dari fakta dilapangan, dapat menunjukkan bahwa perputaran roda yang dilakukan kedua keluarga mempunyai riwayat yang buruk. Anehnya tetap saja bisa berjalan hingga 20 tahun.

Sri Mulyani sendiri tidak memiliki kinerja yang baik. Baru-baru ini, ia menyerukkan gerakan #dirumahsaja lewat media sosialnya. Tetapi, ia justru membagikan masker dijalanan dan di pasar sehingga menimbulkan kerumunan warga. Sontak, masyarakatpun mulai berdatangan di laman media sosialnya yaitu Instagram. 

Lebih herannya lagi, ia dikritik dan diberi saran tetapi ia hanya menjawab “bebas mas, saya sudah bupati”. Kurangnya modal Pendidikan yang menjadi dampak pada ibu bupati. Begitu pula anaknya, anaknya pun sempat viral di media sosial karena ia tidak terima ibunya dikritik oleh akun @kabar_klaten. Anaknya justru membuat keterangan di laman instagramnya dan semakin menunjukkan bahwa ia juga tidak mempunyai etika yang cukup.

Fenomena yang terjadi tentang dinasti ini sungguh sangat mengejutkan. Berulang kali bertanya, mengapa bisa? Tentunya yang bisa menghentikan perputaran roda keluarga berkuasa hanyalah warga. Warga yang pintar dan cerdas dalam memilih, tidak termakan rayuan berbentuk uang, juga sadar bahwa satu suara dapat merubah keadaan. Bulan September nanti, saatnya kita hentikan roda perputaran tersebut. Hentikan Keluarga Berkuasa, jangan dibiarkan berputar dan membodohi warga. ( Medina Putri Utami, Universitas Islam Indonesia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun