Mohon tunggu...
Medina MeccaZy
Medina MeccaZy Mohon Tunggu... Guru - Nona

Si Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Ingin Melerai Takdir

6 Februari 2020   21:22 Diperbarui: 6 Februari 2020   21:48 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku Ingin Melerai Takdir 

Aku ingin melerai takdir. Ingin membujuk para malaikat. Ingin merayu Tuhan. Mengalpakan catatan-Nya sejenak, menutup mata kepada lembar lusuh yang telah lalu.

Aku ingin bicara kepada-Nya, merajuk agar kita kembali dipertemukan. Hingga saatnya engkau berdiri di sana, akan kularung bejana-bejana berisi kerinduan. Pada sungai-sungai kecil yang bermuara di hatimu. Juga baki-baki penuh renjana, tak luput tersaji pada singgasanamu.

Tapi, jika takdir tetap tak berpihak. Langit masih bermuram kepadaku, angin barat masih menusuk ulu hati. Sementara benih-benih Amarilis yang kusemai tak bersedia tumbuh, aku akan luruh. Mungkin benar, takdir sekukuh itu, tak akan pernah bisa aku rayu. Maka bagi kita, berpisah adalah ketetapan, keharusan, untuk selamanya. Aku ... rela. (*)

06-02-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun