Segala yang terjadi pada mereka--orang-orang terdekat tersebut--sangat dan tentunya akan menjadi pengalaman dan poin-poin ilmu tersendiri untuk dia sebagai proses mengenal dunia.Â
Belum lagi apa-apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Mudahnya, si Bungsu mengalami faktor perkembangan diri secara internal dan eksternal yang lebih banyak.
4. Mandiri karena situasi. Bahkan bisa menjaga masa tua kedua orang tuanya, di saat para saudaranya mulai sibuk dengan kehidupan masing-masing.
Terbiasa disayang, menjadi pusat perhatian. Kemudian harus lepas saat masuk kuliah atau bekerja. Ditinggal para kakaknya berkeluarga, yang kemudian tertinggal ayah ibunya di rumah. Itu semua adalah keadaan yang memaksanya untuk hidup mandiri.Â
Sebab tidak hanya dirinya sendiri yang perlu diurus, melainkan masih ada kedua orang tuanya yang meminta pikiran, waktu dan tenaganya untuk merawat dan menemani masa tua mereka. Si Bungsu sangat sadar dengan posisi juga tanggung jawabnya itu.
5. Percayalah, si Bungsu selalu gigih dan punya cara sendiri untuk mencapai cita-cita dan keinginannya. Dia bagai punya kotak ajaib yang selama ini disimpannya sendiri.
Dulu, saat masih kecil, tak satu pun yang percaya bahwa Bungsu mampu bertahan, bahkan bisa melakukan hal yang lebih dari itu. Lalu, ketika Bungsu sudah bermimpi dan bertekad penuh untuk mengejarkannya, maka dia akan diam-diam mengeluarkan kemampuan yang selama ini terpendam dalam-dalam pada dirinya.Â
Dia bagai mengeluarkan kotak ajaib yang berpendar saat pertama kali dibuka. Membuat silau dan decak kagum sekeliling yang melihatnya, dan percaya bahwa Bungsu memang si pembuat keajaiban.
Jadi, apakah kamu juga si Bungsu dan merasakan demikian? Satu kata untuk kalian yang dilahirkan terakhir: kalian boleh manja, tetapi setelah itu buktikan kepada dunia, bahwa kasih sayang mereka tidak pernah sia-sia. (*)
Medina MeccaZy. Penyuka warna cokelat muda yang menghindari makan berprotein tinggi.Â