Si manja, gampang nangisan, tukang merajuk dan mengadu. Predikat-predikat itu identik banget sama anak terakhir, atau bungsu. Ada benarnya memang. Namun, itu dulu ketika si Bungsu masih kecil, masih belum cukup siap untuk menjalani hidupnya sendiri.Â
Paling kecil dan yang terakhir lahir, menjadikan dia pusat perhatian seluruh anggota keluarga, mulai dari ayah, ibu juga kakak-kakaknya. Limpahan kasih sayang yang tidak pernah kurang, membuatnya menjadi sosok manja di masa kecil.
But, sekali lagi aku katakan, itu dulu, saat dia masih bocah. Kemudian, setelah dia beranjak dewasa dan keadaan berubah, dia pun tak luput untuk ikut berubah. Tidak percaya? Oke, mari simak baik-baik bagaimana si Bungsu setelah menapaki dunianya.
1. Dia memang paling manja karena paling disayang, tetapi setelah dilepas saat dewasa, dia mampu bertahan, kok.
Saat kecil, semua kebutuhan Bungsu menjadi tanggung jawab anggota keluarga yang lainnya. Dari mulai seragam, bekal sekolah, sampai kaus kaki saja ada yang menyiapkan. Bungsu tinggal ongkang-ongkang kaki di kursinya sambil menghabiskan sarapan juga segelas susunya. Kemudian setelah beranjak dewasa dan harus menimba ilmu lebih tinggi, kuliah di luar kota misalnya.Â
Maka, si Bungsu akan berusaha menjadi mandiri dan beradaptasi dengan keadaan--meski akan terasa berat di awal. Namun bukan bungsu namanya jika tidak memilih untuk bertahan. Sesulit apa pun itu.
2. Terbiasa disayang kakak-kakaknya, tetapi setelah mereka sibuk dengan keluarga masing-masing, si Bungsu tidak mendadak lemah. Dia akan bangun kekuatan sendiri.
Awalnya akan menjadi kesedihan tersendiri bagi si Bungsu saat para kakaknya satu per satu mulai menikah, mempunyai keluarga kecil, lalu berpindah tempat tinggal.Â
Rasa kehilangan sosok dan kasih sayang kakaknya membuat dia sedikit lemah, sejenak. Lalu, takdir Bungsu yang memang dirancang siap untuk menerima keadaan dan perubahan apa pun, lantas membangkitkannya dari kesedihan itu. Kembali menjalani mimpi-mimpinya sambil terus membangun kekuatan dengan caranya yang selalu unik.
3. Dia selalu punya waktu yang lebih lama dan banyak untuk belajar dari pengalaman.
Si Bungsu selalu punya banyak waktu dan kesempatan untuk belajar dari pengalaman. Betul sekali. Bagaimana tidak. Dia melewati masa anak-anak yang manis, menjadi saksi perjalanan hidup para kakaknya, juga kedua orang tuanya.Â