Waduuhh..baru sempat nulis soal El Clasico, 21 April lalu. Baca kalimat pertama ini sepertinya sudah tidak tertarik baca tulisan saya. Tak apalah, yang penting saya 'melampiaskan' keinginan membahas EL Clasico. Saya terlalu sibuk awal pekan ini hingga tidak sempat menuntaskan dendam, padahal akhir pekan lalu lumayan santai. Sebenarnya yang mau saya ulas bukan hasil atau jalannya laga El Clasico 'Tim dari Planet Pluto' (kata fansnya) Barcelona vs Real Madrid karena pasti sudah diulas habis penulis-penulis lain. Justru saya tertarik mengulas sajian prediksi yang ditayangkan TV One yang juga menyiarkan secara langsung laga yang katanya ditonton 400 juta jiwa di seluruh dunia itu. Kebetulan akhir pekan lalu saya cukup banyak lowong dan menghabiskan waktu istirahat di rumah. Siang hari sebelum laga El Clasico tayang di TV One secara langsung, saya menonton ulasan berbagai media terkait prediksi bigmatch itu, termasuk prediksi TV One. Sebagai pecinta bola dan suka membaca prediksi-prediksi pertandingan sepakbola, saya sangat kecewa dengan cara stasiun TV yang notabene sudah lumayan pengalaman menyiarkan tayangan sepakbola dalam menyajikan prediksi. Biasanya ketika membaca atau menonton ulasan jelang sebuah pertandingan sepakbola, penyajiannya dibuat 'senetral' mungkin oleh penulis atau produser prediksi itu. Menurut saya, seharusnya memang seperti itu. Netral dalam arti menganut kepercayaan semua penggila bola di jagad raya bahwa 'BOLA itu BUNDAR' (Kalau kotak, bolu namanya..heu). Kalimat ini sangat jelas maknanya bahwa apapun bisa terjadi dalam sebuah pertandingan sepakbola. Sehingga ketika menyajikan sebuah prediksi pertandingan dengan posisi sebagai media atau pengamat sepakbola, sebaiknya juga mengedepankan prinsip itu. Namun apa yang saya lihat dalam sajian prediksi EL Clasico di TV One siang itu sangat mengecewakan bagi saya. Meski sebenarnya saya bukan pendukung Madrid atau Barca, tapi suka nonton bola. Dalam ulasannya 'sangat berani' menyebut Barca akan menang 1-0. Wow, hebat benar. Ini yang saya sebut tidak netral, subjektif dan jauh dari prinsip yang dianut penggila bola. Bahkan saya menyebut cara prediksi TV One kekanak-kanakan. Biasanya prediksi bola dibuat abu-abu, meski dari sisi kualitas dua tim jauh berbeda. Misalnya mengunggulkan sebuah tim 60-40, tidak ada menyebutkan skor. (Beda kalau yang menyebut prediksi itu adalah penonton biasa, 'bukan pengamat atau ulasan sebuah media). Saya teringat prediksi sebuah tabloid bola (saya lupa media apa) tentang peluang tim yang akan menjuarai Piala Eropa 2004. Pada akhir 2003, media itu (waduuuh, lupa bener nama tabloidnya) membuat prediksi, mengulas peluang setiap tim. Ada satu halaman (kalau tidak salah) yang dibuat khusus untuk Tim Yunani. Selain mengedepankan tim-tim unggulan seperti Prancis, Portugal (tuan rumah), Italia dan lainnya, tabloid itu menggaris bawahi kuda hitam Yunani. Sedikit kaget membaca nama Tim Yunani, kalau tidak salah lagi, ditulis Waspada Kebangkitan Para Dewa. Hasilnya, Yunani memang tampil sebagai pemenang Piala Eropa edisi ke-12 itu. Kembali ke sajian prediksi El Clasico itu, dikupas alasan Tim Prediksi TV One berani menyebut Barca bakal menang 1-0. Pertama karena menganggap Madrid baru saja 'terluka' di Liga Champion, kalah 1-2 dari Bayern Munchen. (Padahal Barca juga mengalami nasib serupa, dipecundangi Chelsea 0-1). Kedua, karena Mourinho dianggap selalu memainkan sepakbola negatif (selalu bertahan). Ini juga menjadi alasan yang sangat tidak kuat menurut saya. Dalam statistik Klasmen La Liga hingga pekan ke-33 (sebelum laga El Clasico), jumlah gol Madrid jauh lebih banyak ketimbang Barca. 107 berbanding 96. (Hayooo, siapa yang main menyerang). Alasan ketiga adalah statistik head to head pertemuan kedua tim yang berpihak ke Barca dan anak asuh Pep Guardiola tidak pernah takluk di Camp Nou, musim ini. Nah, ini dia alasan yang jelas keluar dari prinsip Bola itu Bundar. Tapi untuk alasan ketiga ini boleh saja dimasukkan tapi bukan menjadi acuan untuk menentukan prediksi akhir laga. Di mana pada akhirnya, seperti yang kita tonton bersama, Barca takluk 0-1...eh, 1-2 dan rekor ketangguhan Barca di kandang pun terpatahkan. Yah, kalah 1-2 dengan permainan satu tim hanya menumpuk pemain di belakang dan satu lagi hanya latihan mengoper bola. Parahnya lagi, saat jeda pertandingan dengan kedudukan Madrid unggul 1-0. Pengamat pertandingan tetap saja optimis Barca akan membalikkan keadaan di babak kedua. Padahal kalau menurut saya permainan Barca malam itu di bawah standar. Pep tidak punya strategi untuk memancing pemain Madrid keluar dari saranganya lalu melancarakan serangan andalan (kalau memang jago menyerang). Meski gondok, saya tetap menonton pertandingan itu karena ingin melihat sejauh mana prediksi TV One melenceng. Yang ingin saya katakan, dalam persoalan prediksi ini bahwa ketika seorang pengamat atau sebuah media atau apalah (bukan pribadi/individu) yang ingin menyajikan prediksi pertandingan ke publik, sebaiknya ulasan bukan tebakan. Karena jika akhirnya tebakan itu salah maka kepercayaan publik terhadap media atau pengamat itu luntur. That's all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H