Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Kasih Bapak: Pelangi di Tepi Kehidupan

28 Februari 2024   11:58 Diperbarui: 1 Maret 2024   17:59 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: koleksi pribadi Medi Juniansyah, M.Pd (Penulis Tinta Midun)

Hari itu, mentari terbit dengan sinarnya yang hangat menyaput sebuah rumah kecil di pinggiran desa. Di dalamnya, suasana riang menggema, namun juga terasa haru. Sebuah perayaan khusus tengah disiapkan oleh kedua buah hatinya dengan penuh cinta dan pengharapan. Hari itu adalah ulang tahun Bapak, yang memasuki usia ke-60 tahun.

Di sudut kamar kecil, terdapat seorang anak laki-laki, bernama Midun, yang duduk dengan penuh konsentrasi. Dia terpaku di depan meja kerjanya, laptop di tangan, mencoba merangkai tulisan ungkapan terima kasih yang tepat untuk Bapaknya yang telah memberikan segalanya dalam hidupnya.

Tepat ketika Bapak duduk di kursi ruangan tengah, aroma kue ulang tahun yang lezat menari di udara. Midun memimpin seluruh keluarga untuk menyanyikan lagu ulang tahun untuk Bapak. Tapi, di balik sinar pagi dan senyum bahagia, Midun bisa merasakan kehangatan yang mendalam di dalam hatinya. Dia merenung, bagaimana Bapak telah menjadi pilar kehidupan mereka sejak dulu.

Midun teringat akan kisah masa kecilnya. Bapak yang selalu hadir dengan senyum lembutnya, menceritakan dongeng-dongeng malam yang mengantar tidur Midun. Dia tak pernah lelah mendengarkan cerita-cerita itu, seolah setiap kata yang keluar dari mulut Bapak adalah mantra magis yang mengusir segala ketakutan di dunianya yang kecil itu.

Seiring waktu berlalu, Midun mulai menyadari betapa setiap keberhasilan yang diraihnya selalu didukung penuh oleh Bapak. Dari setiap pelukan hangat hingga dorongan keras yang membuatnya tidak pernah menyerah, Bapak selalu ada di sana. Bahkan di saat-saat sulit, ketika semua tampak suram dan putus asa, Bapak tetap menjadi penerang di ujung terowongan gelap kehidupannya.

Midun pun mulai menulis, mengungkapkan terima kasihnya dalam setiap kata. Dia menulis tentang bagaimana Bapak telah mengajarkannya arti kesabaran, kejujuran, dan kerja keras. Tentang bagaimana setiap nasihat Bapak terukir dalam benaknya seperti berlian yang takkan pudar. Dan tentang betapa besar pengorbanan Bapak untuk keluarga, mengorbankan impian dan keinginannya demi memastikan bahwa mereka bahagia dan aman.

Midun masih mengingat betapa sabarnya Bapak mengajari mengaji, meski harus mengulang berkali-kali. Dan saat Midun berhasil membedakan mana huruf alif dan ba', senyum Bapak lebih bersinar dari matahari terbit di ufuk timur.

Namun, di tengah proses menulisnya, Midun merasa dadanya terasa sesak. Dia merenung, apakah ungkapan terima kasihnya sudah cukup untuk melukiskan betapa dalamnya rasa terima kasihnya pada Bapak. Kata-kata terasa kecil dan tak berdaya untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.

Maka, Midun mengubah pendekatan tulisannya. Dia tidak lagi menulis sekadar ungkapan terima kasih, tetapi dia mencoba merangkai cerita, cerita tentang perjalanan hidup mereka bersama, tentang petualangan dan rintangan yang telah mereka lalui bersama.

Dia menulis tentang pagi-pagi di masa kecilnya, ketika Bapak membawa dan mengajak bermain di sawah miliknya. Tentang senyum Bapak yang selalu menjadi obat bagi segala luka dan kesedihan. Dia menulis tentang hari-hari yang sulit, ketika Bapak harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga, namun tetap menyisihkan waktu untuk mendengarkan cerita-cerita Midun tentang sekolah dan teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun