Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengemis di Stockholm

26 November 2015   14:27 Diperbarui: 26 November 2015   15:03 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini salah satu hal yang sedikit mengejutkan saya, karena saya belum pernah melihat pengemis Eropa :) Ceritanya, kemarin saat berjalan menyusuri kota Stockholm, di beberapa sudut keramaian, sering saya jumpai seseorang yang duduk di pinggir jalan menengadahkan tangan dengan gelas plastiknya. Saat ini suhu di Stockholm sekitar 3 hingga -3 celcius pada daytime. Saat para pejalan kaki memakai baju berlapis yang water-proof dan syal tebal, mereka relatif memakai lapisan dan layer lebih tipis: syal, sweater tipis, jaket, scarf kepala yang mirip kerudung. Dari yang saya temui, rata-rata adalah wanita, berusia 35 hingga 40an, dan hampir semua yang saya lihat bertubuh gemuk. Baru satu yang saya lihat adalah laki-laki. Sekilas saya mengira mereka adalah Muslim, namun setelah lebih dekat saya melihat scarf kepala mereka tidak benar-benar untuk menutupi rambut. Mereka tidak nampak seperti orang lokal, bukan dari Timur Tengah, dan pastinya bukan dari Asia. 

Lokasi mereka bervariasi, dari yang di depan supermarket, samping mesin ATM, parkiran sepeda, hingga di atas jembatan. Mereka duduk di area pejalan kaki beralaskan macam-macam, ada yang duduk di bangku kecil, bantalan sofa bekas, dan lain-lain. Di sampingnya ada beberapa tas kain yang nampaknya perbekalan mereka. Biasanya saat ada yang melewatinya, ia akan berkata: "hei-hei..." dan dilanjutkan dengan bahasa yang saya tidak mengerti, kemungkinan bahasa Swedia. Ia akan menggoyang-goyangkan gelas plastiknya menengadah ke orang yang dipanggilnya. Ada juga yang memakai strategi lain, yaitu dengan berbicara atau lebih tepatnya bercerita dan tangan kanan-nya memegang gelas plastik, sementara tangan kirinya memegang foto keluarga, yang mungkin adalah keluarganya. Sekali waktu saya berhenti dan mengamati mereka dari kejauhan. Ada yang sedang sesekali mengeluarkan telepon genggam mereka dan mengutak-utiknya. Yang pasti bukan iphone, dari yang saya amati, telepon genggamnya berukuran kecil dan bukan smartphone.

Bagaimana reaksi atau respon para pejalan kaki atau orang lokalnya terhadap para pengemis ini? Rata-rata mereka cuek dan tidak menggubris. Di suatu kesempatan, ada seseorang sedang mengambil uang di mesin ATM dimana, di sampingnya ada seorang wanita pengemis, ia cuek saja dan melewatinya tanpa melihat ke arah pengemis tersebut. Di suatu kesempatan lain yang langka, saya melihat seorang pria berkulit hitam berambut ala Bob Marley, berlari-lari memegang tas plastik hitam ke arah salah satu wanita pengemis di seberang jalan. Lalu ia menyerahkan tas plastik hitam itu kepada wanita tadi, dan dengan buru-buru ia berlari ke dalam gedung tempat dia keluar. Wanita tadi menunggu pria tadi masuk ke gedung dan mengintip isi tas plastiknya dan menyembunyikannya di balik tempat duduknya. Namun sebenarnya ada beberapa berita yang memuat tentang adanya penyerangan terhadap pengemis-pengemis ini, terutama dilakukan oleh para anti-migran, bahkan Agustus kemarin ada yang menyiram dua orang pengemis dengan air keras. Pertanyaan saya: dari mana mereka? pengungsi? asylum seeker? 

[caption caption="ilustrasi pengemis di Stockholm (sumber: boberno.com)"][/caption]

Dari beberapa artikel yang saya baca setelah mengamati fenomena pengemis ini, ternyata mereka kebanyakan berasal dari Romania dan Bulgaria. Mereka bisa "masuk" ke Swedia karena adanya Free Movement di negara Uni Eropa. Menurut www.nytimes.com ada sekitar 4000 pengemis migran di Swedia dan 1000 hingga 1500 diantaranya ada di Stockholm. Mereka datang ke Swedia untuk mencari nafkah untuk keluarganya di negara asal mereka, sehingga motifnya sepertinya lebih karena ekonomi ketimbang politik. Banyak perdebatan mengenai hal ini. Di salah satu kesempatan, politisi liberal Swedia mengatakan bahwa 90% dari pengemis ini berasal dari Romania (sumber: sverigesradio.se). Ia mengkritik pemerintah Romania tidak serius menanggapi masalah kesejahteraan di negaranya sehingga banyak yang mencari nafkah dengan mengemis ke Swedia. Ia menyebutkan para pengemis ini hidup dalam keadaan yang sulit dan miskin di Romania dan ini disebabkan karena diskriminasi yang mereka alami. Ia menambahkan, Stockholm tidak berkewajiban untuk menyejahterakan mereka. Mereka masih diterima masuk ke kota ini hanya karena alasan kemanusiaan. Swedia memang terkenal negara di Eropa yang paling "generous" terhadap pengungsi, dan Sverige Demokraterna, sayap kanan yang anti migran ingin "membersihkannya".

Migrasi baik itu domestik maupun internasional merupakan fenomena yang fluid, dinamik, politis, karena kita berbicara mengenai manusia dengan berbagai dinamika dan kemungkinannya, dalam batas wilayah dan kebijakan yang menyertainya. Seolah tidak akan pernah ada solusi yang ideal.

 

Salam,

Median @Stockholm, 26 November 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun