Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Ngga Sadar" Keliling Dunia dalam Setahun

24 April 2016   20:53 Diperbarui: 25 April 2016   21:28 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Di atas Samudra Pasifik (perjalanan Tokyo ke Honolulu)"][/caption]Saya bukan orang yang maniak bepergian ke luar negeri sampai direncanakan jauh-jauh hari. Kalau saya pengen pulang ke Indonesia misalnya, saya mengikuti kata hati saja, saat sudah pengen banget pulang, ya cari tiket di skyscanner.com, kalau ada yang murrrah tapi nyaman, langsung book tiket, dua minggu kemudian pulang deh (ini simplifikasi banget yak... kenyataannya ngga segampang itu hehe) Tapi terutama jika sedang summer, panas-panasnya di Jepang, saya pulang heheh... kabur mode on

Biasanya kalau pergi ke luar negeri lain saya selalu ada tujuan kerjaan. Eitss tapi saya bukan pejabat yang memang kerjaannya ke luar negeri yaah #oops.. kerjaan saya sebagai mahasiswa adalah melamar grant sehingga dapet dana untuk presentasi di luar negeri… maklum di mana-mana namanya mahasiswa tuh serba ngirit dan ngepress :D Jadi jarang saya pergi ke luar negeri untuk benar-benar bertamasya. Selain itu dibandingkan para traveler sejati, negara yang saya pernah singgahi masih cukup sedikit.

Tetapi... tetapi... tanpa saya benar-benar rencanakan dan sadari, tepatnya dari Januari 2015- Januari 2016 kemarin ternyata saya sudah mengumpulkan 25 boarding pass international flights, tidak termasuk penerbangan lokal. Dan saat ditarik garis penerbangan yang saya lalui selama setahun kemarin, saya bisa dibilang hampir memutari bola dunia.

Sedikit bengong saya saat menyadarinya, dan mengucap syukur pastinya karena telah diberi kesempatan dan kesehatan untuk mengunjungi berbagai tempat di bumi ini. Tentunya jumlah boarding pass itu tidak berarti saya pergi ke-25 negara... tapi itu adalah jumlah total international flights yang saya lakukan. Jadi misalnya PP Jepang ke Inggris dengan transit di Qatar, berarti ada 4 international flights

Huff… Kok bisa ga nyadar?

Heitsss jangan berpikiran bahwa saya songong dulu ya. Ngga nyadar di sini maksud saya ngga menyangka… dan kalau dibayangkan sebelumnya pasti ga mungkin… tapi terjadi. Memang tahun tersebut lumayan sibuk dan hampir semuanya saya persiapkan hanya 1 minggu hingga maksimal 2 bulan sebelumnya. Tidak ada yang benar-benar di-planning jauh hari, semua saya jalani saja. Ada program fellowship, conference atau grant yang sesuai dengan studi saya, saya apply dan lolos, tapi ada juga yang ngga. Saat rejeki itu datang ke saya, saya jalani dengan sebaik-baiknya dan begitu seterusnya sampai ternyata saat saya menengok ke belakang ternyata sudah banyak perjalanan yang saya lalui dalam setahun. Tidak di-planning jauh hari, itulah mengapa saya “ngga sadar”.

Hmm…contohnya gimana?

[caption caption="Di area Stockholm City Hall (Sehari setelah acara Nobel Prize Banquet 2015 di lokasi ini)"]

[/caption]Untuk acara konferensi ke Hawaii contohnya, saya baru yakin akan pergi dan beli tiketnya 1 minggu sebelum berangkat lho. Visa Amerika saya dapat 10 hari sebelum hari keberangkatan, karena waktu itu saya baru saja datang dari Swedia jadi baru bisa ngurus visa. Meskipun surat yang menerangkan bahwa abstrak saya diterima untuk konferensi di Hawaii sudah sampai beberapa bulan sebelumnya, namun surat undangan resmi terkirim saat saya masih di Swedia. 

Contoh lain, saat saya pergi ke Belanda untuk winter school di bulan Januari 2015, visa saya bukan multiple entries, dan saat itu saya belum ada rencana ke Eropa lagi. Ternyata November saya mendapat kesempatan untuk study visit sebulan di Swedia sehingga saya mengurus kembali visa schengen yang baru. Jadi dalam setahun saya apply visa schengen 2 kali.

Ngurus visa kan susah…

Apply visa memang harus teliti dalam menyiapkan dokumen plus makan waktu, apalagi untuk kasus saya, sering ngurusnya harus di kota lain seperti di Tokyo atau Osaka. Biaya visa juga mahal. Namun, alhamdulillah dua visa Schengen saya semua gratis biayanya, karena status visanya “study”. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun