Salmon, terkenal sebagai sumber asupan gizi baik untuk manusia. Pengasosiasian salmon terhadap kesehatan karena tingginya kadar DHA pada minyak ikannya sudah sangat mengakar.
Para ibu pun ingin bisa memberikan salmon sebagai makanan untuk anak-anaknya. Namun tahukah kita bahwa salmon yang kita bayangkan sehat itu tidak selalu sebaik yang kita bayangkan?
Salmon yang kita tahu adalah ikan yang hidup di samudra Atlantik dan Pasifik di bumi belahan utara yang dingin. Salmon tidak dijumpai di lautan Indonesia yang hangat. Oleh karena itu ikan ini relatif mahal karena merupakan produk impor. Dengan semakin tingginya permintaan salmon di dunia, sementara pasokan di alam liar tidak mencukupi, selain juga mengganggu ekosistemnya, membuat harga salmon melambung tinggi.Â
Ini mendorong berbagai peneliti mempelajari bagaimana salmon bisa diternakkan, dengan memodifikasi gen-nya. Iya, salmon biakkan adalah produk GMO (Genetically Modified Organism). Peternakannya pun ada di berbagai negara tempat habitat salmon liar, seperti Norwegia. Jadi jangan terkecoh bila menjumpai salmon yang bertuliskan "dari Norwegia".
Tidak selalu ikan tersebut ditangkap dari habitat aslinya, bisa saja itu farmed atau ternakkan. Selain Norway, salmon ternakkan dikembangbiakkan juga di Jepang dan Argentina.Â
Mengkondisikan habitat salmon sama seperti aslinya tentu tidak mudah, karena warna merah dan oranye daging Salmon itu disebabkan kandungan makanannya yang berupa udang dan biota laut. Itulah yang menghasilkan minyak ikan salmon yang sehat saat kita konsumsi. Sayangnya, salmon yang dikembangbiakkan di habitat yang dikondisikan, semua kandungan alami nya terskip, tergantikan dengan bahan kimia.
Salmon ternakkan warna daging aslinya tidak berwarna oranye, namun abu-abu. Oleh karena itu, peternak pun harus "memoles" warna dagingnya dengan memberi makan salmon dengan pelet warna.
Pelet ini tentu saja bahan kimia yang bisa membuat warna daging salmon berwarna merah dan oranye cerah seperti halnya warna daging salmon liar. Warnanya pun bisa dipilih, mau warna dagingnya merah tua sampai oranye pucat. Ada tabel warnanya. Semakin mendekati warna asli daging salmon liar, semakin tinggi harga pakan salmon tersebut.
Nah di Indonesia, salmon hanya ada di tempat belanja tertentu dan biasanya dalam keadaan frozen. Produknya pun jarang diberi label asal negaranya apalagi dituliskan keterangan mengenai produk GMO atau bukan.
Di negara-negara seperti Amerika atau Eropa, produk-produk makanan sudah banyak yang dilabeli GMO atau non-GMO sebagai bagian dari hak konsumen untuk mengetahui apa kandungan yang ada dalam suatu produk.Â