Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ini Dia "First-class Seat" versi Bus di Jepang

17 Juni 2015   19:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:09 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa duduk di kursi first-class di pesawat mungkin terlalu mahal untuk sebagian besar orang termasuk saya. Bepergian dengan pesawat sudah cukup dengan kursi berjudul economy class. Yang paling penting kita selamat sampai tujuan dan sebenarnya kursi ekonomi selama ini cukup nyaman juga. Saya sendiri suka perjalanan udara namun kurang suka perjalanan darat yang lama karena sulit untuk bisa menemukan posisi nyaman dan tertidur.

Kemarin saya kebetulan harus pergi ke Tokyo dari Nagoya untuk menghadiri acara pada pagi hari. Biasanya jika harus cepat sampai, saya memilih naik bullet train. Hanya dibutuhkan 1,5 jam untuk sampai di Tokyo dengan harga sekitar 1 juta rupiah one-way, sementara bus malam membutuhkan waktu 6-7 jam dengan range harga jika dikurskan 400-800 ribu rupiah. Namun jika naik bullet train, selain mahal, saya harus bangun pagi-pagi sekali. Singkatnya, agar sedikit lebih murah, saya memilih bus tapi tetap ingin bisa tidur nyaman, sehingga segar saat sampai di Tokyo. Akhirnya saya memutuskan mencoba tempat duduk tipe Cocoon yang termasuk tipe kursi mewah ala first-class dengan harga tertinggi dibandingkan tipe kursi lain. Untuk membeli tiketnya bisa lewat website Willer Express. Harga tiket yang harus saya bayar adalah 7.600 yen atau sekitar 800 ribu. Cukup terjangkau jika mengingat nanti akan bisa menikmati kursi tersebut sekitar 7 jam hehe puas kan. Namun jika dibandingkan harga tiket dengan kursi tipe “Relax” yang juga sangat nyaman (dibandingkan kursi bus malam di Indonesia pada umumnya), ini dua kali lipat. Saat booking saya sudah langsung bisa menentukan kursi yang saya inginkan seperti di pesawat.

Cocoon dalam bahasa Indonesia artinya 'kepompong'. Nampaknya menginspirasi bentuk kepompong yang menggantung dan mewadahi dengan nyaman yang ada di dalamnya, maka kursi tipe ini dinamai demikian.

Sebetulnya membayangkan akan bermalam tidur di bus bukan hal yang menyenangkan. Namun karena ada sedikit excitement akan mencoba pertama kali Cocoon seat yang mirip tempat duduk first-class di pesawat, maka saya agak menanti-nanti jam keberangkatan. Bus ini berangkat pukul 23:00 dari Nagoya Station dan dijadwalkan tiba di Shinjuku pukul 6:15 dan di Disney Sea pukul 7:00.

Saat sudah tiba waktu keberangkatan dan akan menaiki bus, saya sudah siap untuk excited. Ternyata, ruang yang tersisa untuk penumpang berjalan masuk ke kursi yang ditentukan sangat sempit karena terhimpit shell-compartment kiri dan kanan. Sehingga penumpang harus agak miring jalannya sampai ke kursi yang di-booking. Satu deret terdapat 8 compartment, sehingga total kursi adalah 16. Nomor kursi saya 5B jadi cukup di tengah.

Saat sudah menemukan kursi saya, yaitu 5B, wah saya tidak sabar untuk langsung mengeluarkan perbekalan makanan dan minuman, dan tas punggung saya letakkan di rak penyimpanan di atas. Ingin segera duduk dan mengeksplorasi Cocoon ini. Perhatian pertama saya adalah monitor touch screen yang ternyata berisi film-film Hollywood dan Jepang yang lumayan untuk hiburan, ada juga game yang lengkap dengan gamepad-nya, ada channel TV dan berita juga. Seperti di pesawat. Setelah memasang headset dan mengambil foto saya pun memilih film yang akan saya tonton. Saya memilih The Edge of Tomorrow (2014) karena itu film Barat yang ada di list yang paling baru. Yang lainnya ada film Jepang yang saya tidak tahu dan juga film lawas seperti Harry Potter. Setelah itu saya pun mencoba reclining seat-nya. Wuih bisa sampai hampir tiduran, apalagi ada foot rest-nya jadi kaki tidak menggantung. Namun saya harus bilang akan kurang nyaman bagi mereka yang berbadan tinggi besar untuk menggunakan kursi ini karena space kaki yang terbatas pada besar compartment. Untuk saya yang tingginya 150-an pas sekali. Bantalan leher di kursinya juga pas untuk membuat saya bisa tidur nyaman. Selain itu ada juga selimut dan kaca. Ini mantaab!

Pukul 23:00 bus mulai berjalan, saya pun menikmati kursi dengan privasi optimal itu dengan menonton film dan mengudap makanan kecil. Goyangan bus pun tidak terasa meskipun saya berharap ada sedikit goyangan sehingga tidur pun lebih nyenyak seperti ada yang nge-swing hehe. Ada WIFI juga untuk pengguna nomor Softbank dan provider lain. Di sisi kiri kursi ada cukup space untuk meletakkan tas kecil atau jaket. Hmm, saya rasa saya bisa tidur nyenyak di bus ini, dan baru pertama kali saya berbisik pada diri sendiri: "jangan cepet sampai dong." Hehehe… Tujuh setengah jam dengan 3x pemberhentian pun saya lewati dengan nyaman. Saat tiba di Shinjuku pukul 6:15 badan terasa tidak terlalu capek.

Kapan yah ada bus seperti ini di Indonesia? Oh iya, berbeda dengan bus malam di Indonesia, bus malam di Jepang berjalan dengan kecepatan yang relatif rendah agar penumpang nyaman. Setiap dua jam sekali bus harus berhenti di tempat peristirahatan agar penumpang bisa ke toilet atau beli makanan-minuman, dan untuk supir untuk beristirahat. Kalau di Indonesia sayangnya bus malam malah sering mengajak penumpangnya uji nyali. 

Jika Anda berkesempatan ke Osaka atau Nagoya dan ingin ke Tokyo, ini bisa jadi opsi dan merasakan pengalaman kursi first-class dengan nyaman dan harga yang cukup terjangkau.

Salam,

Median (Nagoya, 17062015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun