Sampah menjadi permasalahan lingkungan yang terus dibicarakan dari dulu hingga sekarang. Tidak ada kata cukup untuk melakukan penanganan sampah ini. Secara umum, sampah dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik, dimana rasio sampah organik lebih tinggi dibandingkan sampah anorganik. Umumnya sampah organik didominasi oleh limbah rumah tangga yang tak terpakai, seperti sayuran, cangkang telur, hingga sisa makanan.
Saat ini pengelolaan sampah masih berakhir pada pembuangan ke TPS yang nantinya akan berakhir dan menumpuk di TPA. Namun, salah satu solusi alternatif pengelolaan sampah terutama sampah organik dengan menggunakan maggot BSF. Maggot BSF sendiri merupakan larva dari lalat BSF yang mempunyai kemampuan degradasi sampah organik dengan bantuan enzim didalam tubuhnya hingga 70%. Sampah organik akan menjadi makanan bagi larva, dimana hasil degradasi tersebut digunakan larva sebagai sumber biomassa untuk pertumbuhannya.
Selain bermanfaat untuk menguraikan sampah organik, maggot juga bernilai ekonomis. Penggunaan maggot ini setidaknya akan menghasilkan 3 produk sekunder, yaitu pupuk kasgot (bekas maggot), fresh maggot, dan cairan sisa hasil aktivitas larva. Kasgot menjadi produk sisa pakan yang tidak dimakan oleh larva yang bisa dijadikan sebagi alternatif pupuk organik, seperti halnya cairan sisa hasil aktivitas larva yang bisa dijadikan pupuk cair. Sementara itu, fresh maggot dapat dijadikan sebagai pakan ternak ataupun pellet. Ini karena larva maggot kaya akan kandungan protein sehingga akan sangat baik bagi pertumbuhan hewan ternak. Dengan adanya produk produk tersebut, pengelolaan sampah tidak hanya akan berfokus pada pengurangan limbah, melainkan juga berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian dan peternakan secara bersamaan dan berkelanjutan.
Ditinjau dari segi ekonomi, budidaya maggot menunjukkan keuntungan signifilan. Berdasarkan kajian oleh Ton et al. (2021) yang menerapkan konsep integrasi pengelolan sampah menggunakan maggot dengan ternak ayam, menunjukkan bahwa dengan kombinasi maggot produksi mampu menghemat 68,5% pembelian pakan. Selain itu, pembudidaya maggot juga bisa menjual fresh maggot berkisar Rp 4.000 -- Rp 5.000 per kilogram dan prepupa Rp 75.000 -- Rp 80.000 per kilogram. Nilai ini bisa lebih kecil atau bahkan lebih besar tergantung pada wilayah/ daerah pembudidaya.
Jadi, menguntungkan, bukan? Selain bisa mengelola dan menangani sampah dengan efektif, budidaya maggot juga mampu mendukung perkembangan pertanian berkelanjutan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI