Mohon tunggu...
Ahmad Ch Ch
Ahmad Ch Ch Mohon Tunggu... lainnya -

Pendidik yang selalu Bangga jadi Petani..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perjuangan Sebenarnya Adalah Pengabdian Tanpa Pamrih

4 April 2015   07:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428107142828762326

Para pejuang tanpa pamrih itu adalah tiga sosok yang sangat saya hormati, di samping karena mereka adalah guruku, mereka sekarang sudah menjadi rekan kerjaku. Karena dua tahun saya dididik oleh ketiganya sebelum saya memutuskan untuk pindah ke ibukota provinsi, lebih dari lima belas tahun lalu. Kesederhanaan dan kebersahajaan tetap terpancar dari ketiganya. Homoris, santun, berwibawa, menjadi magnet ketiganya untuk pantas dihormati dan disegani.

Drs. Bardan Luton

Telah menjabat kepala sekolah selama lima belas tahun, Tak ada yang sanggup menggantikan, ketika diadakan pemilihan kepala sekolah empat tahun lalu, beliau memanggilku dan siap menyerahkan kepadaku untuk menjadi kepala Sekolah. Tapi sebagai bentuk penghormatan kepada beliau saya belum berani menerima karena di mata saya beliau masih sanggup. Lulusan Pesantren Tanah Merah Aceh Selama 11 tahun, juga sambil kuliah. Ilmu agama mumpuni
Tgk. Sunardi
Berusia 63 tahun namun tetap ceria, dengan selera homornya yang selalu mencairkan suasana, seperjuangan dengan Kepala sekolah ketika mondok di Tanah Rencong. Dikampungnya dia adalah ulama terpandang juga di desa-desa lain menjabat juga sebagai P3N yang mencatat administrasi pernikahan di desanya. Tidak ada kata pensiun di sekolahku, selama masih ada semangat untuk mengajar.

Kailani Z.BA
Seorang Sarjana muda, kini usianya hampir 60 tahun, tapi tetap semangat dan selalu berpenampilan rapi, suaranya lantang dan berapi-api jika sedang mengajar. Sarjana Muda alumni IAIN tahun delapan puluhan sudah mengabdi lebih dari dua puluh lima tahun.

Ya itulah mereka, yang tidak memikirkan materi demi sebuah perjuangan untuk menegakkan pendidikan di desaku. Negeri Bawah Bukit. Mereka telah mengabdikan diri di sekolah swasta ini sejak dua puluh lima tahun lalu. atau ketika usiaku baru sepuluh tahun. dan salah satu diantara mereka bulan lalu sudah berusia 63 tahun. Tak ada kata pensiun, selama mereka bersemangat berbagi.
Berapa penghasilan yang mereka dapatkan perbulan untuk pengabdian mereka yang selama itu? Tidak besar. Saya masih ingat ketika saya baru bertugas sepuluh tahun silam, ketika CPNS ditahun 2005, saat itu saya menerima gaji 875.000 perbulan, untuk ukuran kampungku dan saat itu saya masih bujangan gaji sebesar itu sudah lumayan besar. Tapi mereka hanya mendapatkan 200-300 ribu perbulan itupun jika spp anak-anak lancar, jika banyak yang menunggak maka bisa dipastikan lebih kecil dari itu. mereka tetap tertawa gembira ketika gajian, dan saya tidak tega melihat mereka, kadang saya terenyuh, maka ketika gajian tiba, saya tidak sanggup melihat kebahagiaan mereka. dan saya lebih memilih keluar

Mereka seolah tidak memikirkan materi yang mereka dapatkan, mereka terus mengajar, jarang meninggalkan pelajaran dan kelas. Ini kadang yang membuatku merasa malu. Saya yang muda sesekali pernah terlambat hadir dan terkadang juga tidak hadir. Juga guru-guru muda yang lain. Mereka jarang menegur guru-guru muda dengan kata, mereka selalu menegur lewat tindakan nyata.

sejak 2011 ketika pemerintah daerah menggelontorkan dana BOS maka keadaan sedikit membaik, karena dana BOS di support oleh pemerintah kabupaten dan pemerintah propinsi. sehingga anak-anak semua terbebas dari dana SPP.

Sekarang gaji yang mereka dapatkan sudah hampir 1 jutaan perbulan, diambil per tiga bulan, karena dana BOS di tempatku cairnya per tiga bulan.

Mereka adalah pengabdi-pengabdi sejati yang tak silau oleh materi. Bagi mereka pengabdian adalah pengabdian yang tak boleh berpamrih, kalaupun ada tunjangan yang mereka dapatkan itu adalah buah keihklasan dan mereka katakan itu adalah rezki dari Allah. Sungguh Luar biasa.

Salam Hormat dan Takzim saya untuk ketiganya.
Salam Negeri Bawah Bukit

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun