Mohon tunggu...
Ahmad Ch Ch
Ahmad Ch Ch Mohon Tunggu... lainnya -

Pendidik yang selalu Bangga jadi Petani..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nol Tulisan,Nol Teman, Nol Komentar

16 Oktober 2014   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nol Tulisan,Nol Komentar, Nol Teman

Begitu tertulis di akun baru saya sejak terdaftar sebagai member kompasiana. Setelah itu saya membaca secara acak beberapa tulisan kompasianer , dan saya lihat di sana tertulis empat puluh, seratus,bahkan diatas seratus tulisan dengan bejibun komentardan seabrek-abrek teman. Luar biasa. Saya yang selama ini hanya sebagai penikmattulisan dari para kompasianer baik penulis pemula, senior bahkan super seniormerasa sangat iri dengan kehebatan para penulis yang bak makan kacang gorengsajamereka menuangkan ide-ide merekadalam sebuah tulisan, mengalir ketika membacanya, menangkap pengertian baru setelah sedikitmau merenungkannya, dan mendapatkan pengetahuan baru setelah selesaimembacanya.

lalu saya mulai berfikir untuk menulis, dan belajar menulis lagi. Dulu, bahkan dulu sekali tulis menulis tak asing bagi saya. Ketika masih berjualan koran di perempatan Cileungsi, tepatnya di bawah jembatan layang, menulis terasa sangat mudah. Menulis terasa sangat mudah karena seringnya membaca. Karena saat itu saya sebagai penjual koran otomatis bisa membaca puluhan koran yang terbit di Jakarta saban harinya, belasan Tabloid yang terbit tiap minggu atau setengah bulan, berbagai majalah, maka menulis terasa begitu mudah.

Sekarang kegiatan tulis menulis praktis menjadi mandeg, kendala pertama tentu saja adalah kemalasan, bukan kesibukan, kecuali jika memang seseorang yang kesibukannya tidak memungkinnya lagi untuk menulis. Kendala selanjutnya adalah kurang banyak membaca. Karena kegiatan membaca dan menulis berkelindan maka kurang membaca pasti berpengaruh dengan menulis. Ketika seseorang banyak membaca maka disadari atau tidak akan ada gerak untuk menulis.

Kompasiana sudah lama saya kenal, mulanya saya sering baca kompas.com, tapi setelah saya buka kompasiana pada tautan kompas.com maka membaca tulisan kompasianer di kompasiana sudah jadi kebutuhan, di samping berbagai tulisan dari ringan sampai berat, dari yang harus mengerutkan kening sampai yang membuat sakit peruttersaji di meja kompasiana, maka praktis saya menjadi penikmat setia tulisan para kompasianer. Dan sejak tanggal 14 Oktober ’14 saya terdaftar sebagai member kompasiana dengan status NOL TEMAN, NOL TULISAN, NOL KOMENTAR, memang apa yang harus dikomentari ya??

Memberanikan diri untuk menulis kembali dan membaginya di Kompasiana adalah hal pertama yang harus saya lakukan, jasa mbah google lah yang saya perlukan dengan cara mengetikkan cara memasukkan tulisan di Kompasiana, dan ternyata mbah google sangat baik dengan menunjukkan cara memasukkan tulisan di kompasiana, maka dengan sepenuh rasa saya masukkan tulisan pertama saya dengan judul Kemalasan Yang Terpelihara. Saya belum paham betul tulisan itu akan menjadi apa, diletakkan sebagai apa. Sehari setelahnya begitu saya buka kembali sudah dibaca empat puluh kali dengan satu komentar dari mbak Ariyani..Wooow, sayangnya saya belum mengertibagaimana mengetahui tulisan itu benar-benar dibaca ?

Mendapatkan berbagai kritik, saran bahkan cacian sekalipun saya harapkan dari kompasianer demi bangkitnyakembali semangat saya untuk menulis, berbagi informasi, pengalaman dan tentu saja persahabatan.

Salam Kompasiana

Negeri Bawah Bukit

16 Oktober 14

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun