Mohon tunggu...
Ahmad Ch Ch
Ahmad Ch Ch Mohon Tunggu... lainnya -

Pendidik yang selalu Bangga jadi Petani..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merokoklah, Asal Tau Diri

15 November 2014   23:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Persoalan rokok merokok selalu menjadi topik yang hot dibicarakan, sehangat api yang membakar rokok itu sendiri. Baik oleh para kompasianer maupun dari kalangan diluar K. Sudah puluhan K yang telah membahas topik ini, tak terkecuali masternya Kompasiana sekelas Pakde Kartono dengan tulisannya Merokok dan dirokok, juga ada kompasianer yang mengklasifikasi kelas perokok, dari perokok biasa, sedang sampai perokok berat yang ditandai dengan banyaknya batangan rokok yang dihisap perharinya. Juga ada rokok alternatifyang ditawarkan oleh kompasianer berupa rokok elektronik.

Terlepas dari kontroversi soal rokok,dan permasalahannya, maka masalah rokok tak akan pernah habis, selama pabrik rokok masih berproduksi, maka selama itu pula perokok akan tetap berjaya. Smoker takkan pernah menggubris berbagai larangan apalagi hanya sekedar peringatan, baik lewat bungkus rokok itu sendiri maupun iklan yang saban hari dapat dinikmati di televisi. Jika dahulunya ditiap bungkus rokok dan diakhir iklan rokok terdapat tulisan Merokok dapat menyebabkan kanker,impotensi, gangguan kehamilan dan janin maka sekarang tulisannya menjadi lebih kejam Merokok Membunuhmu disertai gambar-gambar sereeeem seperti paru-paru bolong, tengkorak, dan gambar-gambar serem lainnya. Efektif atau jerakah para perokok? Entahlah. Namun sebagaian besar teman-teman perokok mengatakan gak ngefek.

Jika sudah demikian maka tinggal perokoknya yang tahu diri. Maksudnya jika merokok jangan sembarang tempat, lihat sekeliling dahulu. Jika tidak maka akan seperti kejadian yang saya alami. Dalam perjalanan dari dusunku ke Ibukota provinsi yang delapan jam perjalanan itu, saya memutuskan untuk bernostalgia dengan bis kota, karena sejak ada travel langsung maka sudah hampir lima tahun saya tidak lagi numpak bis kota.

Dalam perjalanan dengan bis full AC alam itu saya duduk sendirian sambil membuka kaca lebar-lebar sambil menikmati alunan musik dangdut yang aduhai hentakannya, setahu saya itu lagu pop tapi sudah menjadi dangdut tanpa seruling, Remik kata anak zaman sekarang. Tiba-tiba bis berhenti menaikkan penumpang. Seorang laki-laki kekar naik dari pintu depan dan duduk di sebelahku tanpa basa basi. Kira-kira sepuluh menit lelaki kekar di sampingku mengeluarkan rokok filternya dan menawariku, karena aku juga seorang perokok dan lagi tidak ingin merokok maka kutolak dengan halus. Creess korek apinye berdesir sambil membakar ujung rokok yang sudah tersambung ke mulutnya, asap bergumpal sebentar lalu hilang kebangku dibelakangnya, terdengar suara batuk.

Sekilas aku menoleh seorang gadis dan ibu muda yang menggendong anak yang sedang lucu-lucunya ada di bangku belakangku. Kembali batuk itu kudengar kali ini disertai dengan suara orang yang mau muntah. Pak tolong rokoknya dimatikan, suara gadis dibelakangku. kudengar tangis bayi lucu itu. Aku pura-pura memejamkan mata. Si kekar terus saja menghisap rokoknya. Tiba-tiba braaak sebuah tas menghantam kepala si kekar diikuti hardikan ibu muda dibelakangku. Sontak seisi bis terperanjat lebih-lebih aku. Tak tahu diri, kami mabok pak dengan asap rokok bapak, hardik Ibu muda itu. Marahnya sangat tak terkendali. Kulihat merah muka si kekar menahan malu, aku sudah waspadajika si kekar menyakiti wanita itu. Namun si kekar itu berdiri dan mengetukkan cincinnya ke pegangan diatas kepalanya, bis berhenti dan si kekar turun membawa malu.

Itulah jenis perokok tak tau diri. Kita sering kali melihat para perokok seperti ini dilingkungan kita. di tempat yang tidak semestinya merokok, didekat anak-anak, ibu-ibu bahkan ruang kelas tempat belajar.

Maka kita sebagai perokok, Mari kita merokok, asal tau diri, dan jika tidak menginginkan generasi penerus kita menjadi perokok, maka mari mendidik mereka dari kecil untuk tidak menyuruh anak-anak kita untuk membelikan kita rokok. Jika kita guru, kita melarang siswa kita merokok, tapi di dalam kelas kita seenaknya menarik dan mengeluarkan asap rokok, maka siswa kita akan memperhatikan, membayangkan, dan mencoba untuk merokok juga.

Salam Hangat Dari Negeri Bawah Bukit

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun