Mohon tunggu...
Ahmad Ch Ch
Ahmad Ch Ch Mohon Tunggu... lainnya -

Pendidik yang selalu Bangga jadi Petani..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kok, di Penjara Ada Pabrik Sabu?

1 Mei 2015   18:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas adalah pertanyaan salah seorang peserta didik saya. Bukan pada saat jam pelajaran berlangsung, tetapi saat menunggu giliran bermain tenis meja waktu mereka pelajaran olah raga. Agak kaget saya mendengar pertanyaan tersebut. Agak bingung harus darimana saya menjawab pertanyaan yang menohok itu. Ya, karena sejatinya penjara dalam arti sederhana adalah tempat orang dikurung. Bukan tempat orang mendirikan pabrik, pabrik yang didirikan juga bukan pabrik sejenis makanan kecil (snack) berbahan kentang atau ubi untuk kebutuhan penghuni penjara. Tapi pabrik narkoba, omsetnya? juga bukan ratusan ribu atau jutaan, tapi ratusan hingga milyaran rupiah. Its fantastic bro..

Sekilas ketika mendengar kata penjara saja, maka hayalan akan melayang kesatu tempat yang dipenuhi jeruji besi, pagar tembok tinggi berhias pagar berduri, dilengkapi menara pengawas berpenjaga membawa senjata api. Pokoknya seeeraaaaam. Penghuni-penghuninya juga berwajah seram-seram, tato sekujur tubuh, kumis melintir tebal, sorot mata tajam menusuk,membawa aroma kematian (ini versi film-film Barat lho). Tapi jika mau lebih nyaman maka lihatlah penghuni-penghuni penjara Indonesia. Orangnya sopan-sopan, pakaian juga sopan-sopan, senyum-senyum, pakai kopiah, pake kerudung. Pokoknya kesannya jauh dari yang serem-seram layaknya penghuni penjara. Tapi wajarlah mereka bersikap demikian, karena kata mereka, mereka adalah korban, mereka dijebak, atau bahasa mudahnya dikambing belangkan.

Kembali ke pertanyaan judul. Pertanyaan tersebut mungkin didasari pemberitaan di TV tentang ditemukannya pabrik sabu di dalam sel penjara Cipinang beberapa tahun lalu, yang kembali diberitakan. Pengendalinya adalah bandar besar narkoba Fredy Budiman yang telah divonis hukuman mati. Baru-baru ini sang terpidana mati kembali berulah. Penjara Nusakambangan yang terkenal karena ketatnya dan orang-orang “besar” penghuninya tetap dapat ditembus oleh Fredy Budiman. Bahkan hebatnya lagi, di dalam penjara, mantan copet ini bisa mengendalikan laboratorium sabu di Cengkareng dan juga Impor Narkoba dari Eropa (detik.com)

Pertanyaan mendasarnya adalah mengapa ini bisa terjadi? Yang jelas ada orang lain yang membantu kegiatan ini, Siapa? Bukankah penjara dijaga ketat? Keterlibatan oknum orang-orang dalam? bisa jadi, dan kemungkinannya sangat besar. Kongkalikong oknum yang mendapat jatah besar dapat memuluskan segala keinginan para terpidana, dengan satu syarat ada fulus. Karena uang juga segala keinginan para napi dapat dipenuhi dari yang kecil-kecil semisal kartu perdana hingga wanita dapat dibawa ke penjara. Kalau sudah begini, penjara bagi orang-orang berduit bukan lagi tempat yang menakutkan, malah bisa jadi menjadi tempat yang paling aman dan nyaman. Sebaliknya semakin menderitalah para napi yang tak berduit.

Mungkin masih ingat dalam ingatan bersama betapa hebatnya si Artalyta Suryani alias Ayin, sang penyuap Jaksa Urip Tri Gunawan yang dapat memindahkan taman bermain anaknya ke dalam penjara. Fasilitas kamarnya sudah sekelas kamar hotel berbintang, dan mustahillah jika tak diketahui petugas penjara. Namun sekali lagi uang yang bicara. Atau lihat penampilan terakhir Fredy Budiman yang wara wiri di TV sekarang, tampilanya benar-benar macho, potongan rambutnya, pake cat rambut, warna kuning lagi. Mungkin di penjara ada salon ya?

Lalu hukuman setimpal apa buat para oknum yang memuluskan jalan para napi untuk berbuat sesuka yang mereka mau karena kuasa duit? Jika ini buat perbaikan sistem penjara di Indonesia, kenapa tidak diberikan hukum yang seberat-beratnya kepada oknum tersebut. Semisal hukuman kurungan di atas dua puluh tahun, selain pemecatan tentunya. Atau jika yang “dibantu” oleh oknum itu merupakan terpidana mati seperti si Fredy Budiman, dan kasus-kasus kelas kakap lainya, maka berilah hukuman seumur hidup, lalu miskinkan. Mungkin ini akan menjadi efek jera yang akan membuat oknum petugas akan berfikir ulang untuk membantu para napi tersebut. Karena kita tidak bisa hanya menyalahkan napi saja, jika petugasnya semua tegas, mana mungkin si Nokia, Sony, Samsung dan kawan-kawannya bisa leluasa ikut masuk ke penjara dan memudahkan segala urusanya si narapidana.

Indonesia Darurat Narkoba
Akhir-akhir ini berita TV ramai memberitakan tentang hukuman mati. Yang dihukum mati itu adalah orang-orang yang terlibat dengan narkoba. Baik warga asing (Australia, Francis, Nigeria) maupun warga negara Indonesia sendiri. Indonesia dikecam karena pelaksanaan hukuman mati. Ini pelanggaran HAM kata yang menentang hukuman mati. Tapi saya bilang ini baru pemerintah bernyali. Karena saya sudah geregetan menunggu kapan akan dilaksanakan. Setelah tarik ulur beberapa bulan maka akhirnya hukuman mati jilid dua dilaksanakan, Saya lega, selega leganya. Jokowi ternyata berani.

Indonesia sekarang menjadi sorotan dunia karena pelaksanaan hukuman mati ini, bahkan tak urung PBB, Perancis, dan Australia menentang keras pelaksanaan hukuman mati, bahkan Presiden Perancis Francois Hollande bahkan mengancam dengan menyatakan bahwa pelaksanaan hukuman mati akan mengganggu hubungan bilateral antara Perancis dengan Indonesia (Kompas.com) Tapi pemerintah Indonesia tetap pada keputasan. Hukuman mati tetap dilaksanakan. Ini satu dari ketegasan negara terhadap pengedar Narkoba yang sudah mengorbankan banyak nyawa. Utamanya Generasi Muda.

Hukuman mati untuk saat ini adalah hukuman yang setimpal untuk pegedar Narkoba di Indonesia. Semoga ketegesan Pemerintah Indonesia membuat para pengedar, bandar, berfikir ulang untuk menjadikan Indonesia sebagai surga peredaran narkoba tapi sebaliknya mereka dapat menganggap Indonesia adalah Neraka bagi peredaran Narkoba, dan seluruh dunia dapat memahami bahwa Indonesia sekarang darurat Narkoba yang butuh hukuman mati untuk mengatasi masalah ini.

Salam Negeri Bawah Bukit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun