[caption id="attachment_148628" align="alignleft" width="300" caption="Foto dari AntaraNews"][/caption] Tak seperti biasanya, waktu diskusi dimulai ba’da Asar, tepatnya pukul 16.00 WIB. Pemilihan waktu ini disepakati karena banyaknya peserta yang tidak bisa hadir jika diskusi dilakukan pada malam hari. Alhamdulillah, peserta diskusinya kini bertambah. Ada empat orang akhwat yang hadir dalam diskusi pekanan ini: Junnie; Hesty, Fauziah, dan Wuri. Diskusi Aktual yang digelar setiap pekan ini adalah bagian dari upaya MediaIslamNet dan Pesantren Media merespon setiap kejadian penting dan menarik serta berdampak bagi kehidupan kaum muslimin. Diskusi pada 9 November 2011 lalu mengambil tema: “Apa Maunya Obama Datang”. Tema ini dipilih berkaitan dengan rencana kedatangan (kembali) Obama, penguasa Amerika Serikat dan presiden negara penjajah negeri-negeri muslim. Diskusi dibuka oleh Ustadz Umar Abdullah, yang menjelaskan bahwa rencana kedatangan Obama ke Bali di KTT Pemimpin ASEAN. “Ini perlu diwaspadai mengapa dia sebagai Kepala Negara AS perlu ikut menghadiri KTT tersebut,” sambungnya. Untuk mengefektifkan waktu, Ustad Umar mempersilakan peserta untuk bertanya atau menyampaikan apa saja yang perlu dibahas dalam diskusi aktual pekanan tersebut. Seorang peserta akhwat, Junnie Nishfiyanti, yang juga Koordinator Pelaksana Program Voice of Islam mengajukan pertanyaan, “Apa pentingnya AS dalam KTT Pemimpin ASEAN tersebut dan apakah benar ada hubungannya dengan konflik Laut Cina Selatan?” Junnie melontarkan pertanyaan ini karena dirinya mendapat kiriman SMS dari temannya yang menympaikan kabar tersebut. Itu sebabnya, Ustadz Umar Abdullah sempat nyeletuk bahwa, “Ya, Junnie tanya saja sama pengirim SMS itu. Hehehe…” Ustad Umar memberikan kesempatan kepada peserta yang lain untuk bertanya, namun tidak ada yang merespon. Akhirnya, sepakat untuk langsung menjawab pertanyaan dari Junnie Nishfiyanti. Ustadzah Latifah Musa memberikan jawaban bahwa kepentingan AS di KTT ASEAN setidaknya ada tiga aspek: Pertama, aspek ekonomi, yakni karena daerah Laut Cina Selatan merupakan jalur lalu lintas perdagangan internasional. Kedua, aspek strategis karena di sana juga terdapat sumber daya alam yang cukup melimpah, khususnya minyak bumi dan gas alam. Ketiga,aspek geopolitik yang meskipun belum ada bukti kuat, Amerika Serikat hendak membangun pangkalan militer di sekitar kawasan tersebut.” Namun, pernyataan Ustadzah Latifah sedikit disanggah oleh Ustad Umar Abdullah, terutama poin pertama dan ketiga, “Justru saya mempertanyakan, jika benar itu adalah jalur perdagangan internasional, tentunya tak perlu izin bagi negara manapun yang hendak melintasi kawasan tersebut. Jadi, apa maksudnya AS membidik aspek ekonomis tersebut? Selain itu, saya sangat meragukan bahwa Amerika Serikat memiliki modal untuk membangun pangkalan militer dalam kondisi keuangan negara yang sedang terpuruk. Satu-satunya yang masih masuk akal niat AS mencampuri urusan ASEAN di KTT Pemimpin ASEAN adalah untuk mengambil peluang mendapatkan cadangan minyak dan gas alam yang berada dalam kawasan Laut Cina Selatan yang menjadi sengketa sejak lama antara Cina, Taiwan, Filipina, Malaysia, Brunei dan Vietnam. Empat negara terakhir adalah anggota ASEAN,” panjang lebar Ustadz Umar Abdullah menyampaikan penjelasannya. Jika melihat data teknis tentang kawasan Laut Cina Selatan, khususnya yang diperebutkan 6 negara itu adalah kepulauan Paracel dan Spratly. Kedua kepulauan ini kaya dengan minyak dan gas alam. Menurut data yang dikutip oleh Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Cina memperkirakan cadangan minyak di sana sebesar 213 miliar barel -atau 10 kali lipat dari cadangan milik Amerika Serikat. Namun para ilmuwan AS memperkirakan jumlah minyak di sana 28 miliar barel. Menurut EIA, cadangan terbesar kemungkinan adalah gas alam. Perkiraannya sekitar 900 triliun kaki kubik, sama dengan cadangan yang dimiliki Qatar. (BBC Indonesia) Ustadzah Latifah Musa juga memberikan analisisnya tentang kepentingan AS di ASEAN—khususnya Indonesia, bahwa, “Banyak kemungkinan yang bisa dilakukan AS di Indonesia. Tapi yang pasti, AS akan memilih cara yang paling tidak menguras anggaran. Bahkan kalau perlu tanpa anggaran sama sekali dan justru menguras kekayaan negara lain. Obama dituntut untuk berbasa basi dengan manis, agar tak dilempar “sesuatu” semacam sepatu seperti Bush. AS harus memelihara hubungan baik dengan negara-negara ASEAN,” jelasnya. Ya, AS memang tengah morat-marit secara ekonomi. Utang dalam negeri AS mencapai US 14,3 triliun dollar. Utang itu sudah setara dengan 100 persen dari produksi domestik bruto (PDB) AS selama setahun. PDB setara dengan pendapatan. Jika AS ingin melunasi utangnya tersebut, rasanya-rasanya tidak mungkin karena setiap hari mereka harus melakukan banyak hal dan butuh biaya. Andai pun bisa, sepertinya AS harus mengencangkan ikat pinggang, tidak melakukan pengiriman pasukan, tidak menggerakkan mesin industrinya dan semua yang berkaitan dengan keperluan hajat hidup untuk beberapa tahun ke depan. Apa itu mungkin? Mimpi! Ustadzah Latifah Musa juga menyampaikan bahwa rencana kehadiran Obama di KTT Pemimpin ASEAN pasti ada maunya, “Saat ini negara-negara ASEAN menjadi mitra “terbaik” yang didambakan AS. Pasalnya, pada pertemuan AS dengan Uni Eropa yang baru lalu, Menkeu AS sempat disemprot oleh Angela Merkel, Kanselir Jerman. Ini gara-gara AS dianggap sok tahu karena menasehati Uni Eropa agar segera mengatasi krisis di Yunani. Menurut Merkel, AS lebih baik konsentrasi mengurusi negaranya yang sedang dilanda krisis karena utang yang membengkak, daripada mengomentari negara lain. Walhasil, AS merasa perlu teman dalam pertemuan G20 nanti. Konon Indonesia adalah negara besar yang selalu berhasil dipecundangi oleh AS,” sindirnya. Namun, anehnya banyak orang yang tidak juga mengerti dan masih memuja AS bak negara besar. Mungkin rakyat Indonesia dan sebagian besar warga dunia menutup mata dengan apa yang tengah terjadi di AS? Selain itu, mengapa banyak warga Indonesia yang amnesia bahwa Obama adalah presiden dari negara penjajah dan negara teroris kelas wahid di dunia, sehingga merasa perlu menyambut kedatangan kembali Obama ke negeri ini? Menarik juga AS menjadikan Indonesia sebagai teman dalam banyak hal, meskipun yang selalu dirugikan adalah Indonesia. Mungkin pemimpin dan rakyatnya senang dicurangi, atau tidak sadar jika sudah dicurangi? Beberapa pembicaraan media massa memang mengarah kepada informasi bahwa AS akan menghapus utang negara Indonesia kepada AS. Benarkah? Lalu jika memang dihapuskan, pemerintah Indonesia akan untung? Dalam diskusi pekanan ini, peserta diskusi kembali disuguhi fakta yang disodorkan Ustadzah Latifah Musa bahwa, “AS sedang tak punya uang. Di satu sisi, AS punya kewajiban untuk melaksanakan proyek penanggulangan iklim global. Pantas, karena AS adalah penyumbang terbesar emisi gas karbon yang sangat berdampak pada pemanasan global. Negara-negara dunia telah banyak mencaci maki AS atas borosnya pemakaian bahan bakar karbon (migas), belum lagi ulahnya karena tidak menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan pemanasan global. Kebetulan Indonesia memiliki banyak hutan. Kebetulan Indonesia ada sedikit hutang pada AS. Kebetulan pemerintahnya tak banyak cing-cong dan gampang dibodohi. Inilah yang selanjutnya menjadi jualan pamor AS pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara ASEAN,” terangnya dengan sangat meyakinkan. Ah, maaf, bodoh benar pemimpin negeri ini, mau saja dikibuli Obama, sang presiden negara penjajah. Tak sadarkah bahwa selama ini, sumber daya alam Indonesia dikeruk nyaris habis? Cobalah tengok perusahaan-perusahaan pengurasa SDA Indonesia seperti Freeport, Exxon, Caltex dan perusahaan sejenis milik Amerika Serikat yang menghisap manisnya SDA Indonesia. Ustadzah Latifah Musa menambahkan penjelasannya soal ini bahwa asiknya pihak asing menghisap kekayaan negeri kita bukan karena mereka begitu perkasa, tetapi karena pemerintah kita juga tidak berdaya dan malah memuluskan nafsu menjajah mereka, “Ya, pemerintah Indonesia menanam dosa dengan mengeluarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 63 tahun 2004 serta Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1762 K/07/MEM/2007 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Atas dasar itu Polda Papua membuat Nota Kesepahaman dengan PT Freeport. PT Freeport dianggap obyek vital nasional yang harus dijamin keamanannya. Argumentasi terbalik yang menyesatkan. Seharusnya militer justru mengamankan Papua dari penjarahan PT Freeport terhadap aset penting nasional!” Perlu solusi Tentu saja, tujuan mendiskusikan suatu masalah adalah untuk mencari jalan keluar, mencari solusi. Maka, dalam diskusi aktual pekanan yang digelar 9 November 2011 ini harus memiliki solusi yang juga harus diketahui ummat Islam. Meski diskusi didominasi oleh pernyataan Ustadz Umar, Ustadzah Latifah Musa, dan Junnie—kadang sesekali saya ikut nimbrung ngasih data jika diperlukan sambil tetap fokus mencatat poin-poin penting dalam diskusi agar bisa dibuatkan laporannya seperti ini, tetapi alhamdulilllah tetap menarik. Sebabnya, baik peserta dari para santri Pesantren Media maupun kru VOI (Voice of Islam) sangat menikmati diskusi ini. Uniknya, diskusi ini meski membahas tema rumit dan ruwet tetap disampaikan dengan ringan, kadang bercanda sambil makan jagung rebus dan minum teh jeruk, namun tetap fokus pada solusi. Diskusi pekanan ini, selain menangkap momen penting dan untuk kemaslahatan umat, juga sebagai sarana belajar para santri Pesantren Media dan kru Voice of Islam untuk peka dan peduli terhadap isu yang berkembang serta mampu menganalisisnya dan mendapatkan solusi darinya. Alhamdulillah, meski bagi yang baru bergabung cukup mengerutkan dahi karena minim informasi, tetapi lama kelamaan, karena sering didiskusikan akhirnya mendapat pencerahan. Insya Allah. Semoga kajian rutin ini mampu menjadi jalan pembuka bagi kesadaran peserta diskusi dan bagi ummat pada umumnya untuk kian mengenal ideologi Islam dan mengamalkannya. Diskusi mengerucut kepada pembahasan: “Bolehkah kita menerima tamu negara penjajah? Sebab Obama adalah presiden AS yang kita tahu bahwa negara ini adalah penjahat perang.” Ustadz Umar Abdullah dengan tegas memberikan jawaban bahwa kita harus menolak Obama sebagai tamu. Ia memberikan keterangan, “Mengapa Obama harus ditolak berkunjung ke Indonesia, atau paling tidak harus dicuekkin? Karena obama adalah kepala negara Amerika Serikat yang menjadi sekutu zionis Israel. Jika zionis Israel tak henti-hentinya membunuhi kaum muslimin, maka sekutu Israel adalah juga musuh kaum muslimin. Dan tidak ada interaksi dengan negara yang bersekutu dengan musuh kecuali memeranginya.” Ya, AS dan Zionis Israel saling mendukung satu sama lain. AS adalah sekutu terbaik Israel. Sehingga pilihan logis dan syar’i adalah menolak, atau cuekkin saja lah. Tak perlu disambut bak orang terhormat. Tapi kok ada juga kaum muslimin yang malah membolehkan menerima Obama sebagai tamu? Ustadz Umar Abdullah membeberkan satu kisah atas alasannya menolak kedatangan Obama. Menurutnya, “Ya, justru begitulah yang diteladankan Rasulullah saw. ketika menolak, atau minimal mencuekkan kedatangan Abu Sufyan bin Harb, pimpinan Mekkah, yang saat itu masih kafir gara-gara Bani Bakar, sekutu Mekah, membunuh satu orang Bani Khuza’ah, sekutu Madinah. Persekutuan Bani Bakar ke Mekah dan Persekutuan Bani Khuza’ah ke Madinah ini terjadi sesaat setelah perjanjian Hudaybiyah ditandatangani. Dan Abu Sufyan tahu apa konsekuensi penyerangan Bani Bakar terhadap Bani Khuza’ah. Yaitu Madinah akan menyerang Mekkah!” jelas Ustadz Umar Abdullah. Nah, apa yang dilakuan Abu Sufyan waktu itu setelah tahu peristiwa tersebut? Ustadz Umar Abdullah melanjutkan kisahnya, “Maka cepat-cepat ia ke Madinah. Yang pertama didatanginya adalah rumah putrinya sendiri, yaitu Ummu Habibah, yang menjadi istri Rasulullah saw. Ketika Abu Sufyan akan menduduki kasur Rasulullah, Ummu Habibah cepat-cepat melipat kasur tersebut agar tidak diduduki Abu Sufyan. Abu Sufyan berkata, “Hai putriku, aku tidak tahu apakah engkau tidak menyukaiku duduk di atas kasur ini dan engkau lebih menyukai dia duduk di atasnya.” Kata Ummu Habibah, “Kasur ini milik Rasulullah saw, sedang engkau orang musyrik dan najis. Jadi, aku tidak suka engkau duduk di atas kasur tersebut.” “Kemudian Abu Sufyan menuju rumah Rasulullah saw. Rasulullah saw. adalah Kepala Negara Islam Madinah. Abu Sufyan berbicara kepada Rasulullah saw., namun Rasulullah saw. tidak menggubrisnya. Kemudian Abu Sufyan pergi kepada Abu Bakar, Umar, Ali dan Fathimah binti Rasulullah saw. agar mereka melunakkan hati Nabi saw. agar tidak menyerang Mekkah. Namun para sahabat Nabi itupun tidak mau melayani permintaan Abu Sufyan. Akhirnya Abu Sufyan pulang ke Mekkah dengan misi yang gagal total. Jadi, selama Amerika Serikat menjadi sekutu Zionis Israel, musuh kaum muslimin, maka selama itu pula ia diperlakukan sebagai musuh kaum muslimin. Obama, kepala negaranya, harus ditolak, paling tidak harus dicuekkin,” panjang lebar Ustadz Umar menyampaikan alasan menolak Obama, karena itulah yang diajarkan oleh Islam. Kira-kira apa yang hendak dilakukan oleh pemimpin negeri kita dalam merespon rencana kedatangan Obama? Rasa-rasanya para pemimpin negeri kita sulit untuk menolak kedatangan Obama, karena yang dilakukannya justru menghormati tamu negara penjajah tersebut. Apa iya begitu? Mengakhiri sesi diskusi pekan ini, Ustadzah Latifah memberikan pendapatnya, “Jawabannya kembali kepada kita semua, para pemimpin negara, tokoh masyarakat, militer, dan seluruh komponen bangsa ini. Akankah bersedia menjadi pengkhianat yang terlaknat, ataukah pahlawan yang menorehkan amal shalih terbesar sebagai seorang muslim yang menolak harga dirinya diinjak-injak kaum penjajah?! Islam mengajarkan: ‘Isy Kariiman aw Mut Syahiidan’ (Hiduplah mulia atau mati syahid!)” Kesimpulannya: “Obama harus ditolak kehadirannya, karena ia pemimpin negara yang bersekutu dengan Zionis Israel, dan juga pemimpin negara yang telah mengalirkan jutaan tetes darah kaum muslimin di Irak, Afghanistan, dan juga Palestina. Menyedot banyak Sumber Daya Alam di negeri-negeri muslim, khususnya Indonesia.” Demikian catatan hasil diskusi pekanan di Rumah Media, hasil kerjasama MediaIslamNet dengan Pesantren Media. Semoga bisa menambah wawasan kita dan semoga Allah Swt. memudahkan kita untuk berpikir kritis, cerdas, dan islami dalam menghadapi berbagai perkembangan peristiwa di sekitar kita. Tujuannya insya Allah demi kemaslahatan kaum muslimin agar hanya aturan Allah Swt. dan RasulNya yang dijadikan sandaran dalam segala aktivitas kehidupannya, sehingga keberkahan senantiasa hadir dalam kehidupan kita, bagi masyarakat kaum muslimin dan bagi negeri-negeri muslim. Semoga Allah menyegerakan pertolonganNya agar tegak kembali Khilafah Islamiyah, institusi negara yang akan melindungi kaum muslimin dan menampakkan kemuliaan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dengan keagungan syariatNya. Insya Allah. [OS] LINK ASLI artikel di SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H