Mohon tunggu...
Redaksi MediaIslamNet
Redaksi MediaIslamNet Mohon Tunggu... -

Portal Opini dan Solusi Islami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untung Hanya Gigi “Suster Ngesot” yang Copot!

15 Desember 2011   23:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_156589" align="alignleft" width="300" caption="Gambar dari: airyz.wordpress.com"][/caption] Oleh: Latifah Musa MediaIslamNet.Com Antara geli, lucu dan kasihan, menyaksikan berita di TV tentang seorang  Mega “Suster Ngesot”  Tri Pratiwi yang ditendang Satpam Sunarya. Alih-alih sukses mengagetkan temannya yang sedang berulang tahun dengan kejutan dandan  “Suster Ngesot “, mahasiswi cantik ini mengalami copot satu gigi memar-memar  akibat tendangan satpam berbadan kekar. Ia pun akhirnya melaporkan  Pak Satpam ke polisi. Masih merasa aneh dengan berita unik dari Kota Kembang Bandung ini, tiba-tiba Abdullah, anak keduaku, melaporkan  bahwa ada tikus nyemplung di  bak kamar mandi. Lebih mengejutkan lagi ketika katanya tikus tersebut nyemplung di guci kamar mandi dalam. Artinya si tikus ada di kamar mandiku! Mendadak sontak aku berlari ke kamar  dan naik tempat tidur. Sungguh respon yang seharusnya jauh dari akal sehat. Membayangkan tikus nyemplung kamar mandi adalah peristiwa yang menggelikan, menjijikkan sekaligus mengerikan. Apalagi si tikus nyemplung di guci unik keemasan  yang sudah kusulap jadi bak kamar mandi. Fathimah, anak sulungku yang sudah pulang sekolah ikut berteriak naik tempat tidur. Demikian juga si kecil Muhammad yang melompat-lompat dan berteriak-teriak paling keras dengan  gembira seolah menikmati kehebohan. Taqiyuddin, anak ketigaku yang berbadan paling gempal ikut-ikutan heboh mondar mandir kamar mandi tempat tikus kecemplung dan tempat tidur tempat kami menghindari tikus berlari. Respon suamiku adalah yang terbaik dan terhebat! Spontan ia mengambil pel busa yang bertangkai besi dan mengeluarkan tikus dari guci yang selama ini menjadi bak kamar mandi kami. Dari kamar mandi ia berteriak, “Tikusnya dimatikan nggak?!” Ada yang menjawab, “Matikan saja!”, tapi ada juga yang berteriak, “Terserah!” Yang pasti semua menginginkan si tikus segera dienyahkan. Entah apa yang terjadi kemudian, ada suara  duk, duk dan duk, suamiku berteriak lagi, “Tikusnya sudah keluar!”  Alhamdulillah. Tapi kami belum beranjak, hingga suamiku menguras guci bak mandi dan mengganti airnya. Suamiku adalah pahlawan kami. Ingatan tentang suster ngesot kembali hadir dalam benakku, pasca insiden tikus nyemplung ini. Apalagi melihat tindakan spontan suamiku, yang mungkin inilah asli respon setiap laki-laki sejati. Berbeda dengan umumnya perempuan yang justru kabur melihat hal-hal yang mengerikan. “Bagaimana respon Abi kalau menjadi Satpam Sunarya?”  tanyaku ingin tahu. “Sama dengan Pak Satpam, akan kutendang dan kupukuli habis-habisan, sebelum tahu itu bukan setan!” kata suamiku dengan santainya. Suamiku kemudian menjelaskan bahwa kita tidak boleh takut dengan penampakan-penampakan yang itu adalah setan jin, sehingga para Shahabat Nabi pun berani menangkap, menggebuki, dan mengikat jin-jin pengganggu untuk diperlihatkan pada anak-anak agar mereka tidak takut dan berani menghadapi setan-setan. Dalam hati aku tersindir soal tikus. Tapi yah, selama tidak terpaksa, jangan suruh aku menghadapi tikus. Dengan alasan naluri perempuan, yang umumnya menjerit bila berhadapan dengan tikus. Kalau soal jin sih, lebih baik membaca ayat-ayat al-Qur’an yang sering digunakan untuk meruqyah saja terus, karena aku yakin setan pasti lari. Tapi kalau tikus, bagaimana kalau justru panik dan menubrukku. Hiii …! Ber alih kembali ke soal suster ngesot dan pak satpam, aku mulai berpikir, bahwa sangat wajar pak satpam menendang suster ngesot.  Setiap laki-laki pemberani tidak akan menyapa penampakan setan dan menanyakan namanya siapa serta kuliah dimana. Curhat Mega di sebuah media bahwa Satpam tahu itu bukan hantu, juga tak logis. Mengingat menendang kuat-kuat adalah respon umum yang spontan. Aku membayangkan bila suamiku yang menendang sang suster ngesot. Badannya besar, Kakinya juga besar dan lebih keras. Tentu tendangannya lebih mantap. Tambah lagi keyakinan bahwa setan itu musuh, jadi harus dilawan dan dihantam! Wah wah wah. Apa jadinya wajah cantik suster ngesot palsu itu? Menggigil membayangkan sebuah resiko yang lebih berat daripada gigi copot. Yah itulah mbak, makanya jangan pernah lagi menyamar jadi setan. Masih untung hanya satu gigi yang copot! []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun