Kisah ini merupakan kisah fiksi penuh hikmah penggugah jiwa yang berasal dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat.
Tersebutlah seorang perempuan tua renta yang hidup miskin dan hanya memiliki seorang anak tunggal. Anak tersebut memiliki gaya hidup Hedonis serta berwatak keras, sedangkan suaminya telah lama meninggal akibat tertimpa oleh haju jati (kayu jati dalam bahasa Bima).
Anak semata wayang tersebut bernama Arif, dia memanggil ibunya dengan sebutan Ina (panggilan untuk ibu dalam bahasa Bima).
Setiap hari ina pergi ke sawah melewati lereng-lereng gunung dengan kaki telanjang tanpa menggunakan sandal di antara rumput ilalang dan di bawah terik matahari Bima yang sangat menyengat dan membakar kulit.
Jika hari mulai petang, ina biasa singgah di pinggiran hutan untuk memetik ro'o parongge (daun kelor) untuk dimakan dengan nasi, kadang juga hanya makan nasi campur garam.
Berbeda dengan Arif, sebagai anak tunggal yang hidupnya sangat manja, dia tidak bisa makan jika tidak ada daging ayam atau daging sapi sehingga terkadang ina lebih pilih makan nasi campur garam yang penting anaknya makan nasi dengan daging.
Pada suatu malam, Arif pergi ke suatu daerah bernama Sape. Disana dia menonton pertunjukan gantao (silat tradisional asal Bima). Setelah sampai di rumah, tentunya dia merasa lapar dan ternyata yang tersedia di meja makan hanya ada nasi dan uta mbeca (sayur dalam bahasa Bima).
Melihat hal tersebut, akhirnya Arif melempar piring dan mencaci-maki ina dengan kata-kata kasar yang tidak pantas diucapkan oleh seorang anak kepada orang tua. Dia meludahi wajah ina serta mendorong ina hingga terjatuh dan pincang.
Lalu setelah itu dia beranjak keluar rumah sambil mengancam ina, jika dia kembali lalu tidak ada daging yang tersedia di meja makan, maka dia akan menyiksa ina dengan siksaan yang lebih menyakitkan dari hal ini.
Begitulah Arif, seorang anak laki-laki tunggal yang selalu menganiaya ibunya jika kebutuhan perutnya tidak terpenuhi. Dia sendiri setiap harinya hanya berkumpul dan bersenang-senang dengan perempuan dan tidak sedikitpun terpikir dalam benaknya untuk membantu ina yang sudah tua renta.