Tak seperti biasanya, malam ini hujan turun begitu lebat disertai angin kencang dengan kilat yang menyambar sesekali. Kopi yang sedari tadi di pesan tak kunjung di minum oleh Ahmad, dia menjadi autis dengan smartphonenya, sesekali mencatatnya dalam sobekan kertas bungkus rokok surya.
“braakkkk” ali geram mendobrak meja, sontak penghuni warung mengalihkan atensi ke mereka berdua, tapi anehnya ahmad masih saja asyik bermain dengan layar kecil yang di pegangnya.
“hay mad, ente kenapa sih? Ngajak ngopi malah di tinggal asyik hp-an sendiri? “ ucap ali ke ahmad dengan nada geram
Ahmad melihat ali, lalu berkata dengan santainya “katamu ngopi itu kan nyari inspirasi, lha aku ini sedang mencarinya hehehe”
“uasu koe mad” ali menimpal
“menungso koe li” ahmad membalas sambil tertawa
Ali tampak bingung dengan ahmad, lantaran tak biasanya ahmad bertingkah seperti ini kalau sedang cangkruk di warung kopi. Tiba tiba ali mengambil paksa sobekan kertas yang di tulis ahmad, diabaca dengan seksama goresan pena yang ahmad tuangkan, ali menggelengkan kepala lalu berkata
“ apa ini mad? Kok semacam surat” tanya ali penasaran
“ itu memang surat, surat cinta untuk seseorang” jawab ahmad cengengesan
“ hah, kamu jatuh cinta mad? Sama siapa?” tatapan matanya sinis penuh curiga
“tak kiro koe ki pinter li, ternyata ora” ahmad menjawab lagi dengan cengengesan