Mohon tunggu...
GENESIS
GENESIS Mohon Tunggu... -

Genesis adalah media menulis bebas, belajar menulis, dan belajar apapun itu....!!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepucuk Surat Santri kepada Kyai Hasyim Asy’ari

31 Januari 2016   20:51 Diperbarui: 2 Februari 2016   13:07 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kyai Hasyim Asy’ari yang saya hormati dan ta’dzimi

Maafkan saya, bila mengganggu ketenganan jenengan di alam sana, bukan pula ingin mengganggu istirahat panjang jenengan.

Kyai, saya menulis surat ini dengan bayangan kyai masih bisa membaca tumpukan kitab-kitab dan buku lainnya dalam keseharian kyai, semoga di surga ada malaikat yang berkenan menyampaikan surat ini kepada kyai.

Ngapunten kyai, kalau saya lancang menulis dengan panggilan kyai. Karena di tempat saya belajar panggilan kyai adalah panggilan untuk seseorang yang berilmu tinggi nan bijaksana, maka dari itu saya memanggil jenengan dengan panggilan kyai seperti halnya santri-santri lainnya memanggil jenengan.

Kyai, hari ini (31 Januari 2016) para jama’ah Nahdhatul Ulama mempunyai hajatan besar. Hajatan yang dulu pernah jenengan lakukan pula bersama kyai-kyai lainnya. Kini organisasi kemasyarakatan yang dulu pernah jenengan pimpin berusia 90tahun kyai. Umur yang tak lagi muda. Bahkan, hampir satu abad umur organisasi yang dulu jenengan perjuangkan di era 20-an.

Kyai, andai saja saat ini kyai Hasyim ada ditengah-tengah kami. Pasti saya merasa senang. jenengan melihat langsung tingkah polah kami mengurus organisasi ini. Ingin rasanya kami dengarkan petuah-petuah dan gagasan-gagasan jenengan yang dulu pernah Kyai Hasyim sampaikan kepada khalayak.

Tak hanya itu, saya juga ingin mendengar susah senangnya merintis NU kala itu. Saya membayangkan, bila kisah itu langsung saya dengar dari  jenengan dengan suara khas kyai. Pasti tak akan tidur karena ceritanya panjang dan tak ada habisnya.

Saya yakin, kerinduan ini bukan hanya saya, namun seluruh jama’ah NU juga rindu dengan petuah dan gagasan-gagasan kyai.

Selama ini, saya hanya bisa membaca dan belajar gagasan-gagasan serta meneladani kyai lewat buku-buku dan tulisan-tulisan yang ada di situs internet. Misalnya membaca biografi kyai, petuah-petuah kyai dalam muktamar NU, buku-buku karya kyai seperti halnya buku mawaidz dan apapun tentang kyai. Bila saya rindu, saya hanya bisa memandangi foto-foto kyai yang banyak menghiasi dinding rumah dan bascamp kami tinggal kyai.

saya pernah membaca sebuah tulisan yang menceritakan betapa toleran dan bijaksananya jenengan dalam menghadapi sebuah persoalan. Tulisan itu menceritakan bahwa suatu ketika ada santri yang mengadu pada jenengan lantaran di jawa tengah tepatnya jogjakarta ada suatu aliran sesat yang di pimpin oleh kyai Darwis, dimana santri jenengan mengatakan bahwa aliran tersebut sholat shubuh tanpa disertai qunut. Mendengar penjelasan santriitu, jenengan pun hanya tersenyum dan mengatakan bahwa H Muhammad darwis tak lain adalah temannya ketika berada di Mekkah. Ia juga menjelaskan bahwa kelompok yang dilihat santrinya itu bukanlah aliran sesat.

Pasti kyai masih ingat kisah tersebut...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun