Kabar tentang Prabowo yang tidak hadir dalam Rakernas Projo akhir pekan kemarin disebabkan oleh alasan tertentu, memicu banyak spekulasi. Rakernas tersebut seharusnya berlangsung selama dua hari, tapi justru berakhir dalam waktu singkat.
Seolah-olah ingin membujuk Prabowo, sekelompok pengurus Projo di bawah pimpinan Budi Arie mengadakan pertemuan dadakan di kediamannya. Hal ini membuat acara deklarasi yang awalnya heboh berubah menjadi sepi. Apakah Prabowo memutuskan untuk mundur, dan menghentikan seluruh gegap gempita yang semula direncanakan? Kita punya hak untuk bertanya-tanya!
Saat melihat peristiwa yang kurang berkesan itu, saya mulai mengerti mengapa para ketua partai yang tergabung dalam KIM terlihat murung dan tidak bersemangat. Mungkin mereka telah mendengar bahwa Prabowo tidak akan hadir, tetapi tidak berani pergi karena Pak Jokowi hadir memberikan pidato politiknya. Siapa yang akan menyangka bahwa acara ini akan berubah secara dramatis karena ketidakhadiran Prabowo?
Jika kabar bahwa Prabowo tampak marah dan enggan hadir adalah kenyataan, maka ini semakin memperkuat keyakinan bahwa Prabowo tidak cocok untuk menjadi salah satu calon pemimpin negara kita. Kalau dia ingin memimpin di luar negeri, seperti di Yordania, itu terserah dia. Tetapi, untuk Indonesia, sepertinya bukan pilihan yang bijak.
Sebelumnya, kita tahu bahwa Prabowo memiliki sifat temperamental yang sulit berubah, walaupun mungkin sedikit mereda seiring bertambahnya usianya yang sudah melewati 70 tahun. Namun, jika sifat negatif ini juga ditambah dengan mudahnya dia ngambek, siapa yang akan tahan dipimpin oleh seseorang dengan kombinasi karakter seperti itu? Ketika seseorang temperamental dan mudah marah.
Saya pernah merawat orangtua selama 13 tahun terakhir hidupnya, yang pada umumnya tidak temperamental dan mudah diajak berbicara, terutama mengingat kondisi usia dan keterbatasannya. Namun, bahkan dalam situasi tersebut, terkadang mereka bisa kesal terhadap kondisi mereka sendiri dan kami yang merawat pun merasa kerepotan.
Bayangkan jika seseorang memiliki kombinasi temperamental, mudah marah, dan kabarnya memiliki materi yang tidak terbatas, ditambah dengan kedudukan sebagai pemimpin tertinggi di Indonesia. Apa yang akan terjadi di masa depan? Rasanya kita hanya perlu menunggu waktu sebelum kombinasi karakter dan mentalitas semacam itu meledak, dengan dampak yang mungkin merusak.
Tentu kita tidak ingin negeri ini hancur hanya karena kesalahan dalam memilih pemimpin, meskipun beberapa orang mungkin tidak mempermasalahkan tentang kondisi Prabowo saat ini, mengingat hubungannya dengan politik dan kekuasaan yang selalu menggiurkan, yang lazim setiap Pilpres. Siapa yang akan mampu menolaknya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H