ilustrasi kegiatan inhouse training implementasi kurikulum SMK Pusat Keunggulan di SMK MUTU (dok.pri)
MUATAN kurikulum yang diterapkan di SMK Pusat Keunggulan (PK) harus disikapi lebih kreatif dan inovatif. Yakni, menekankan capaian kompetensi produktif berwawasan lingkungan (eco-productivity) dan digitalisasi.
Secara operasional, kurikulum SMK PK dijabarkan dalam capaian pembelajaran project IPA dan Sosial (IPAS) terapan. Guru Fisika dan Kimia misalnya, harus juga fokus juga pada capaian project IPAS, dan tidak lagi hanya mengajarkan kompetensi dasar dan inti bidang keilmuannya. Juga, otomatisasi dan pengayaan ddigitaisasi yang bisa diterapkan pada semua bidang keahlian.
Perubahan muatan kurikulum inipun harus disikapi dengan proses dan output pembelajaran yang dilakukan SMK PK. Yakni, bagaimana bisa menghasilkan kompetensi baru menyesuaikan apa yang ada di dunia industri dan standar kompetensi kerja industri (SKKNI), sekaligus mengembangkan potensi lokal yang ada lingkungan sekitar.
Operasionalisasi kurikulum PK ini seperti yang coba diterjemahkan SMK Muhammadiyah 7 (SMK MUTU) Gondanglegi Kabupaten Malang. Tahun ini, SMK MUTU menjadi salah satu SMK Pusat Keunggulan yang ditetapkan Kemendikbud Ristek, yakni pada konsentrasi bidang pemesinan dan konstruksi.
Waka Kurikulum SMK MUTU, Martono mengungkapkan, dalam kurikulum SMK PK orientasinya lebih pada capaian pembelajaran apa. Sehingga, akan lebih banyak diberikan kompetensi produktif penunjang pada pembelajaran siswa. Inilah penyikapan yang paling berbeda dibanding kurikulum sebelumnya.
Martono lalu mencontohkan, pembelajaran tentang pemanfaatan pengolahan hasil dari limbah produksi. Seperti, bagaimana limbah oli bekas dari kendaraan ringan bisa diolah agar bisa benilai guna dan ekonomis lagi. Terlebih, SMK MUTU sebelumnya sudah mengembangkan Teaching Factory dengan sejumlah Kelas Industri yang didukung industri mitra, seperti Kelas Industri Daihatsu dan Kelas Yamaha.
Penguatan kompetensi digitalisasi dalam kurikulum SMK PK di Sekolah Rujukan Kemdikbud ini juga cukup punya daya dukung memadai. Yakni, dengan adanya Kelas Industri Samsung yang sudah dilengkapi dengan standarisasi kurikulum teaching factory dengan Samsung Electronics.
Bagaimana tantangan mewujudkan capaian kurikulum SMK Pusat Keunggulan ini nanti? Tentunya, semua guru kini harus lebih siap dan berpikir lebih adaptif. Yakni, bagaimana mampu memberi pengayaan dan penguatan untuk fokus project IPAS berbasis dunia kerja yang bisa menghasilkan capaian kompetensi lebih nantinya.
Lebih dari itu, guru harus bisa membantu mendorong kemampuan siswa pada semua kompetensi keahlian yang ada terkait digitalisasi sebagai bagian Revolusi Industri 4.0. Dengan kemampuan ini, diharapkan terbentuk kebiasaan kerja dengan pemanfaatan platform-platform digital pada siswa, juga kemampuan di bidang digital marketing.
Diversifikasi Berbasis Potensi Lokal
tangkapan layar webinar bedah kurikulum oleh MGMP Bahasa Indonesia SMPN Kabupaten Malang (dok.pri)
Selain diterapkan khusus di SMK Pusat Keunggulan, adaptasi kurikulum baru juga diterapkan pada jenjang pendidikan dasar (SD/SMP). Yakni, kurikulum satuan pendidikan berbasis keberagaman potensi lokal.
Pada jenjang SMP misalnya, potensi lokal daerah mendapatkan atensi lebih untuk digali dan dikembangkan dalam isi kurikulum yang harus diajarkan pada peserta didik. Tahapannya, harus dilakukan analisis konteks kurikulum untuk disesuaikan dengan berbagai potensi yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
Dari analisis konteks berbasis potensi lokal inilah, lalu akan dimunculkan keberagaman (diversifikasi) kurikulum yang berbeda-beda antarsatuan pendidikan dan antardaerah. Diversifikasi kurikulum ini kemudian dihadapkan bisa menjadi muatan kurikulum unggulan yang lebih bermakna kelak sebagai pengayaan kompetensi peserta didik.
Muatan kurikulum berbasis potensi lokal ini, juga bisa diintegrasikan dari berbagai kompetensi materi lintas pelajaran yang ada. Hasil integrasinya pun bisa berupa muatan kurikulum tersendiri dalam satu pelajaran khusus.
Seperti, muatan pelajaran kewirausahaan berbasis potensi masyarakat dan life-skills lain yang juga ditunjang lintas disiplin keilmuan, digitalisasi, bahkan juga praktik-praktik baik di masyarakat yang bisa diterapkan dalam pembelajaran. Kemampuan digitalisasi misalnya, bisa diberikan terkait pemasaran/penjualan dari praktik kewirausahaan yang dijalankan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H