HARUS banyak di rumah, atau kerjaan lagi sepi karena kesulitan masa pandemi? Coba saja entrepreneur atau usaha mandiri apapun yang bisa dilakukan. Siapa tahu bisa mendatangkan dan menambah penghasilan tersendiri bagi keluarga.
Kondisi serba sulit akibat pandemi berkepanjangan tak bisa dihindarkan siapapun. Bagi yang punya pekerjaan tetap atau jadi karyawan, bisa terdampak situasi pembatasan atau bahkan pengurangan pegawai. Pembatasan ini karena protokol kesehatan yang harus dipatuhi, atau karena terdampak pengurangan produksi.
Bagi jenis profesi tertentu, pekerjaan memang tetap bisa dilakukan dari rumah (work from home/WFH). Namun begitu, tetap saja ada dampak yang menjadi konsekuensi. Apalagi, bagi yang tak punya pekerjaan sebagai karyawan tetap, situasinya bisa menyulitkan. Jika tidak pintar mencari peluang dan mencari terobosan, maka pandemi bisa terasa kiamat.
Nah, tertarik mencoba usaha sendiri yang cocok di masa kekinian. Tidak ada salahnya menyimak sejumlah entrepreneur berikut!
#Camilan untuk Orang Luar Negeri
Betah berlama-lama di dapur rumah sendiri kerap dilakukan Yussie, sebut saja begitu,bersama ibunya. Di sela aktivitas memasak untuk sajian meja makan keluarga, yang dilakukannya lebih dari sekadar itu. Meski tidak setiap hari, Yussie memanfaatkan waktu senggangnya saat di rumah untuk membantu mama membuat berbagai kreasi makanan ringan.
Karuan saja, dapur di rumahnya seperti tempat produksi rumahan (home-industry). Tidak berbekal kursus masak (chef) atau sekolah tata boga, Yussie hanya mengandalkan kemampuan otodidak dan ketelatenannya. Berkreasi dengan referensi menu dari internet yang sesekali dicobanya. Ia sendiri lulusan SMK program rekayasa perangkat lunak yang kini melanjutkan kuliah di tahun kedua.
Meski berawal dari sekadar coba-coba, yang dilakukan Yussie bersama bundanya tergolong berani. Bukan berarti tanpa pertimbangan matang juga, loh. Mereka tahu, membuat makanan camilan kering tetap butuh modal untuk bahan. Dan, untuk memproduksinya harus ada waktu tersendiri, dan tak bisa asal saja dijalankan.
Siapa sangka, pasar dan konsumen camilan produksinya tidak lokalan. Yang dipikirkan bahkan hingga lintas negara atau ke luar negeri. Bukan harus mencari-cari dulu calon pembeli asing yang tak dikenal sama sekali, melainkan lebih mengandalkan pesanan. Maklum saja, ada banyak teman di luar negeri yang kebetulan menjadi pekerja migran seperti di Hong Kong.
Makanan camilan berupa keripik kentang pedas yang sudah dijualnya hampir setahun terakhir. Dan kini, Yussi juga masih mencoba kue kering yang diyakini bakal disukai di sana. Sementara, titik pengiriman masih ke kota Macau, namun persebarannya diteruskan ke sejumlah kota lain.
Ya, relasi pertemanan dan hubungan silaturahim yang lebih dimanfaatkan untuk memuluskan usaha rumahan ini. Prospek harga yang bisa jauh lebih tinggi di luar negeri dan berkali-kali lipat dari biaya produksi, menjadi keuntungan tersendiri model enterprener ini. Bahkan, tak semata menjual pesanan, produknya bisa di-stock memanfaatkan teman-teman pekerja migran ini sebagai reseller. Asyik juga, kan!