Banyuwangi - Jaringan Guru Madrasah Banyuwangi melaksanakan Workshop Jurnalistik Penulisan Berita bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Al A’la Pancursari, Benculuk, Kecamatan Cluring, Sabtu (24/8). Kegiatan ini diikuti oleh sebelas guru perwakilan tujuh Lembaga kecamatan Purwoharjo, Tegalsari dan Cluring diantaranya MI AL A’la Pancursari Cluring, MI Al Falah Benculuk, MI Tarbiyatul Athfal Sumberjeruk, MI Darussalam 2 Tegalsari, MI Al Huda Sembulung, MI Nahdatus Shibyan Tamanagung dan SD NU Kradenan.
Madrasah bertekad memanfaatkan ruang publikasi untuk menguatkan visi madrasah hebat madrasah bermartabat, sesuai dengan program Kementerian Agama Republlik Indonesia. Workshop ini difasilitasi oleh dua, Mohammad Arif Fajartono, Humas Kwartir Cabang Gerakan Pramuka banyuwangi dan Rofi’udin, Kepala MTs Al Ishlah Muncar Banyuwangi.
Arif menyampaikan bahwa menulis tidak membutuhkan kecerdasan tinggi, hanya membutuhkan kemauan dan ketelatenan. Semakin sering dilatih maka semakin tajam produk tulisan yang dihasilkan.
“Jam Terbang, itu dua kata kunci yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang memilih untuk mendalami dunia jurnalistik,” ungkapnya saat menyajikan materi.
Dalam workshop ini tersebut diajarkan teknik-teknik sederhana cara menulis berita dengan mudah.
“Pada intinya, penulisan berita menggunakan rumus 5W + 1H, What (apa), Who (Siapa), When (Kapan), Where (dimana), Why (Mengapa) dan How (Bagaimana). Oleh sebab itu, ditargetkan setiap peserta mampu menulis dengan mudah semua kegiatan positif di lembaga masing-masing, kemudian disebar ke semua kanal media sosial,” jelas Arif.
Fasilitator kedua, Rofi’ menambahkan bahwa dalam prosesnya, sebuah berita yang disajikan harus melewati 5 tahapan, penulisan, diawali dari wawancara, berlanjut penulisan, penyuntingan, pemberian judul dan yang terakhir publikasi.
“Tidak ujug-ujug sebuah berita disajikan, butuh diproses layaknya sebuah makanan, hingga nantinya matang untuk disajikan,” katanya.
Dia menambahkan, sebagai sebuah rangkaian, proses penulisan berita membutuhkan kolaborasi, dan madrasah sebagai sebuah komunitas memiliki jaringan yang bisa berdaya.
“Tantangan kedepan yang dihadapi madrasah saat ini adalah era 4.0, madrasah tak hanya harus mampu bertahan di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Kegiatan positif yang dilaksanakan butuh untuk disebarkan dan diakses oleh khalayak,” tutup Rofi’.
Ma’sum Syafi’i, penyelenggara workshop berharap bahwa semua berita positif madrasah bisa secara langsung disebarkan.
“Pengulangan yang sebanyak-banyaknya akan membentuk citra positif madrasah, baik tingkat kabupaten maupun level yang lebih tinggi,” imbuhnya.