Deru suara mesin kapal memecah ombak lautan. Penumpang duduk berdesakan barang-barang bawaan. Tidak bisa berdiri atau jalan-jalan. Hanya dapat melihat antarpenumpang, atraksi nahkoda yang gesit mengemudikan kapal, dan arus ombak di lautan dari kejauhan.
Berangkat dari Pelabuhan Bangsal di Pemenang, akhirnya saya tiba di Gili Trawangan. Proses 'menyeberang' menggunakan kapal motor ini menghabiskan waktu 45 menit perjalanan. Sebenarnya bisa saja lebih cepat menggunakan fast boat. Hanya saja biaya yang dikeluarkan lebih besar.
Gili Trawangan menyambut setiap pengunjung yang datang dengan papan nama berhuruf balok balok warna-warni bertuliskan "Gili Trawangan". Titik papan nama ini menjadi lokasi favorit pengunjung untuk mengabadikan momen foto pertama sesaat setelah menjejakkan kaki di Pulau Trawangan. Sebenarnya papan nama ini dibuat untuk memudahkan nahkoda kapal menentukan lokasi dari kejauhan.
Sesampainya di daratan pengunjung disarankan untuk melakukan check in penginapan terlebih dahulu untuk meletakkan barang bawaan. Jika datang di hari biasa, jangan khawatir kehabisan kamar. Penginapan berbentuk resor, hotel, villa, dan kamar khusus backpacker berbandrol ratusan hingga jutaan rupiah banyak tersedia disini.
Untuk mendapatkan penginapan dengan harga dan lokasi sesuai, jauh-jauh hari harus melakukan reservasi. Pemesanan kamar dapat dilakukan melalui proses online, telepon, atau pembayaran uang muka yang ditentukan. Selesai urusan administrasi penginapan saatnya menyusuri Gili Trawangan.
Pulau seluas 362 Ha ini masuk dalam kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra atau Gili Indah bersama Gili Ayer dan Gili Meno. Taman wisata perairan merupakan upaya dari pemerintah dalam menjaga kawasan konservasi kelautan. Hal ini jelas tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 67 Tahun 2009 yang diakses melalui kkji.kp3k.kkp.go.id. Tanpa proteksi dari pemerintah, potensi sumber daya alam Gili Trawangan dikelola oleh pihak tak bertanggung jawab sangat besar dan riskan.
Gili Trawangan dibuka oleh pemerintah sebagai tempat wisata dengan segala macam potensi baharinya. Pengunjung dapat berjemur, berenang, snorkling, dan scuba diving dengan pemandangan menakjubkan di dasar laut lepas. Alam bawah laut Trawangan memang menjadi magnet bagi para diver untuk berkunjung. Di sisi timur Gili Trawangan terdapat blue coral yang hanya ada dua di dunia selain di Laut Karibia.
Di gili ini terdapat penangkaran penyu yang dikelola oleh swadaya masyarakat Trawangan. Di seluruh dunia penyu merupakan salah satu hewan yang dilindungi dari perburuan satwa liar. Habitatnya yang semakin sedikit dikembangbiakkan melalui penangkaran. Di tempat ini penyu yang berusia lima bulan akan di lepas ke laut lepas dan menjadi hiburan yang menarik bagi wisatawan.
Selain kegiatan tersebut, wisatawan juga dapat ikut serta dalam island hopping ke Gili Meno dan Gili Air. Suasana di Gili Meno diceritakan Abdullah Said sangat sepi dan tenang. Disana terdapat Danau Air Asin dan Meno Bird Park atau taman burung yang memiliki ribuan burung cantik nan eksotis.
"Di Meno suasananya tidak seperti di Trawangan. Meskipun ada kehidupan disana (red-penduduk) listrik juga masih jarang. Tapi disana enak buat bersantai tanpa terganggu riuh suasana orang lalu lalang kehidupan seperti disini," ujar Thoha Amir yang bekerja sebagai tour guide di Gili Trawangan.
Di bawah teduhnya bale (rumah santai di tepi pantai) dari sengatan terik matahari laki-laki yang akrab disapa Pak Tok ini bercerita kepada saya tentang keadaan di Gili Air. Di Air wisatawan dapat snorkling dan diving dengan kedalaman 1,5 -- 3 meter. Di gili ini terdapat beberapa spot yang menawarkan pemandangan bawah laut yakni ikan-ikan cantik dan keunikan karang yang berbeda dari Meno dan Trawangan.