Mohon tunggu...
Medha Zeli Elsita
Medha Zeli Elsita Mohon Tunggu... Jurnalis - Living on the jetplane

Sedang menikmati perjalanan menjadi penulis paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan sebagai Simbol Perdamaian

25 April 2018   11:18 Diperbarui: 25 April 2018   14:10 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal dengan RA Kartini adalah pahlawan nasional emansipasi wanita di Indonesia. Perempuan keturunan bangsawan yang lahir di Jepara, 21 April 1879, ini gigih memperjuangkan hak-hak perempuan untuk dapat mengenyam pendidikan setara dengan kaum laki-laki di masa hidupnya.

Perjuangan sosok pahlawan emansipasi wanita ini membawa perubahan besar untuk Indonesia yang masih di bawah jajahan Belanda waktu itu. Akses pendidikan di masa itu sangat minim. Hanya kalangan tertentu saja yang diperbolehkan mengenyam pendidikan belajar baca tulis apalagi untuk kaum perempuan pribumi.

Kaum ini dianggap rendah dibandingkan laki-laki. Di masa itu perempuan tidaklah bebas. Terlalu banyak aturan yang membatasi ruang gerak perempuan untuk belajar atau sekadar pergi keluar rumah. Kartini melihat ketidaknyamanan situasi ini membelenggu kaum sederajatnya.

Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi sebab dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu. Surat-menyurat, mengajar, dan bahkan dalam forum debat bersama koloni pun diperjuangkan hak-hak perempuan tersebut. Berkat perjuangannya terdahulu, kini pendidikan dapat ditempuh untuk semua kalangan, dan 21 April diperingati sebagai Hari Kartini sebagai simbol perjuangan hak-hak perempuan di Indonesia.

Memaknai perempuan di Hari Kartini masa kini tentu saja tidak sama dengan waktu itu. Perbedaan ini terletak pada platform zaman dan keterbukaan akses informasi juga komunikasi di masa sekarang. Saat ini perempuan tidak lagi dipandang rendah atau lemah. Di beberapa jabatan tinggi pekerjaan tertentu bahkan diduduki dan dikepalai oleh seorang perempuan. Lalu bagaimana memaknai perempuan masa kini?

Survei yang dilakukan Wahid Foundation dan Lembaga Survei Indonesia yang diluncurkan pada Januari 2018 lalu menunjukkan potensi toleransi yang luar biasa di kalangan perempuan di Indonesia untuk mempromosikan perdamaian. Survei yang melibatkan 1.500 responden laki-laki dan perempuan di 34 provinsi di Indonesia  itu menunjukkan bahwa sebanyak 80,7 persen perempuan mendukung hak kebebasan menjalankan ajaran agama dan atau keyakinan.

Angka ini menunjukkan bahwa perempuan memegang kendali atas asas perdamaian di muka bumi. Ini merupakan potensi luar biasa bangsa kita untuk melakukan pencegahan tindak radikalisme dan terorisme. Menurut artikel yang ditulis oleh Visna Vulovik dalam artikel berjudul "Memaknai Pembangunan Perdamaian Melalui Perempuan", kaum perempuan memiliki peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai kepada keluarga dan komunitas.

Sayangnya, sebagaimana diakui banyak pihak, potensi dan kontribusi perempuan dalam perdamaian seringkali diabaikan. Persoalan ini masih tidak lepas dari persoalan gender. Bangkitlah perempuan Indonesia! Tunjukkan pada dunia bahwa perempuan mampu sebarkan nilai-nilai kasih dan perdamaian untuk sesama makhluk di muka bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun