Mohon tunggu...
Meddy Danial
Meddy Danial Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Galaxy Note\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Imlek di Mata Keluarga Kami adalah Kecintaan Pada Tradisi dan NKRI

4 Februari 2011   03:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:55 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KAMIS, 3 Februari 2011, adalah tahun kesembilan keluarga kami merayakan Imlek di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sebelumnya, saya dan istri hidup terpisah di Yogyakarta dan Jakarta sebagai satu keluarga utuh. Saya harus menyelesaikan kuliah di jenjang strata dua dan istri saya masih bekerja sebagai salah satu karyawati bank swasta di Jakarta. Kami dipersatukan lagi setelah mendapat kepastian bahwa istri saya bisa mutasi ke Pontianaak. Berkah dari merger Bank Bali dan bank-bank lainnya pada saat itu.

Sebagai keluarga Muslim yang moderat dan tahu serba sedikit sopan santun politik dan budaya, dengan senang hati melebur dalam budaya etnis Tionghua. Kebetulan seluruh kawan dan relasi istri di salah satu bank swasta di Pontianak mayoritas adalah keturunan etnis Tionghua. Meskipun istri saya dari etnis melayu, dia tidak canggung dengan teman-teman China di kota Pontianak. Menurut pengakuan istri saya, dia pernah pacaran dua kali dengan etnis China ketika bekerja di Jakarta. Suatu hal yang wajar.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kami sudah mau berangkat. Tinggal menunggu si kecil Aliva Danial yang masih tidur pulas di depan TV sambil ngenyot susu botolnya. Akhirnya ritual memandikan si kecil yang bangun tepat pukul dua belas siang dan memakaikan baju pergi selesai sudah. Jam dua belas lebih tiga puluh menit, kami meninggalkan rumah menuju kediaman salah pejabat tinggi Kalimantan Barat yang menjadi salah satu nasabah bank dimana istri bekerja.  Saya bersyukur karena istri termasuk punya relasi nasabah bank yang cukup terpandang. Meskipun sangat kaya, kami disambut dengan hangat dan ramah oleh istri pejabat yang langsung menyebut nama istri saya begitu kami masuk pintu rumahnya yang asri.
Di depan rumah, banyak sekali polisi dan intel. Rupanya kemudian kami sadari bahwa itu adalah pertanda ada pejabat tinggi yang akan berkunjung pada hari itu juga. Kapolda Kalimantan Barat.
Raut wajah nyonya tuan rumah terlihat cantik siang itu meskipun kelihatan dari make up beliau yang menyiratkan ‘jejak’ kesibukan luar biasa mengurus segala pernik-pernik Imlek sebagai istri pejabat tinggi di Kalimantan Barat.

Begitu dipersilahkan mencicipi hidangan makanan ringan, kedua anak saya segera beraksi mengambil makanan yang disukai. Si kecil sibuk mencoblosi minuman aqua gelas. Semuanya hampir dicoblosi. Sedangkan anak pertama lebih memilih makanan kesukaannya. Coklat.

Tak berapa lama, kedua anak saya mendapatkan kado yang istimewa dari tuan rumah. Dua angpao merah. Sambil ngobrol tentang cucunya tuan rumah yang masih tinggal di Amerika, sang tuan rumah kembali masuk kedalam, dan tiba-tiba saya dan istri juga dikasih angpao. Kami tentu saja kaget karena menurut kebiasaan imlek, angpao tidak pernah atau jarang diberikan kepada orang yang sudah berkeluarga dan hanya diberikan kepada anak kecil dan remaja yang belum menikah.

Perbincangan kami akhiri karena Kapolda sudah datang. Dengan cukup tahu diri, kami sekalian pamit pulang untuk meneruskan silaturahmi ke tempat lain. Perjalanan kami lanjutkan ke nasabah-nasabah istri saya dan teman-temannya. Setiap masuk ke mobil habis dari kunjungan silaturahmi, anak –anak sudah tidak sabar melihat angpao yang di dapat. Mereka teriak-teriak merdu melihat isi angpao yang cukup fantastis. Sebagai gambaran, total hasil angpao yang diperoleh dalam sehari adalah sekitar seratus dolar Singapura dengan kurs per tanggal 5 Februari 2011.

Demikianlah, waktu sudah menunjukkan pukul dua puluh nol nol malam waktu indonesia bagian barat, kami baru bisa tiba di rumah dengan selamat dan capek luar biasa. Si kecil sudah tidur. Saya sendiri harus segera pergi lagi karena ada pekerjaan yang sudah menunggu.

Imlek bagi keluarga kami merupakan potret kerukunan etnis paling indah dan ramah. Orang keturunan Tionghua sangat senang menerima tamu-tamu yang datang. Kegembiraan muncul dengan sempurna dalam wajah-wajah mereka. Dan saya terharu karena mereka di depan kami tetap menggunakan bahasa Indonesia, walaupun di sekeliling mereka ada tamu-tamu lain dari etnis Tionghua, tidak pernah sekalipun mereka menggunakan bahasa Mandarin. Sebuah perwujudan kecintaan dan penerimaan kedaulatan NKRI yang utuh dan sempurna.

Gong Xi Fa Cai

MD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun