Mohon tunggu...
Rudi Maulana
Rudi Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

JIKA DIAM ITU ADALAH EMAS' MAKA BERBICARA PASTILAH' BERLIAN' MAKA SUARAKANLAH KEBENARAN ITU DENGAN MENGUCAP NAMA TUHANMU NISCAYA KAMU MAMPU MEYUARAKAN NYA.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pikunkah Merekah..?? (Cicak Vs Buaya Jilid II )

8 Oktober 2012   05:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:05 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

@kompasiana.

jujur' saya benar benar bingung dengan keadaan negara kita saat ini & saya jg yakin bahwa saya bukanlah satu-satunya org debgan keadaan negara ini.
di mulai dengan maraknya korupsi yg sepertinya ngk habis-habis pelakunya bukan berkurang malah  selalu ada
pemain barunya benar membuat skeptis rakyat bangsa ini.
tapi yg lebih menyedihkan & hampir membuat naik darah adalah kisruh penanganan korupsi simulator sim'
di korlantas polda yg melibatkan salah satu petinggi polri. benar benar memalukan sekali ketika egoisme  instuisi mempertahankan alibinya' dengan bermanuver kesana kemari seperti kutu loncat' dari mulai bersiteruh masalah penganganan kasus tersebut sampai penarikan 20 penyidik dari polri hingga yg paling anyar adalah skenario kriminalisasi penyidik kpk' dari polri novel baswedan.

keadaan ini semakin di perparah' lagi dengan abu abunya sikap pemerintah & dpr' pemerintah seolah olah acuh alias cuek dengan keadaan ini dengan kamus' nya yg biasa di kita lihat/dengar tidak mau intervensi' proses hukum ini yg benar benar membingungkan rakyat bangsa ini kok sepertinya ada pembiaran & menunggu rakyat dulu yg marah marah baru turun tangan..

belum lagi sikap dpr' yg cenderung warnanya tidak jelas' lebih ke penonton yg budiman ketimbang wakil rakyat yg hrs nya tanggap gejolak yg terjadi di tengah tengah rakyat kalopun ada wakil rakyat yg ikut beropini di mass media tidak lain hanyalah politik pencitraan karena hanya sebagai penceriah tanpa aksi hanya komentar tak ada aksi.

kesimpulan cerita. saya tidak mengerti apakah polri itu tidak sadar' kalo tindakan mereka itu melukai perasaan rakyat' & saat ini polri benar benar sedang di awasi oleh rakyat' yg biasanya apabila kejenuhan rakyat itu sudah di titik nadir' biasanya rakyat akan mengambil jalannya sendiri.
seharusnya polri sebagai lembaga penegakan hukum yg di biayai oleh rakyat sadar' kalo mereka itu di biayai oleh rakyat bukan' negara. karena negara bisa terselenggara karena pajak yg di kutip dari rakyat'
saya tidak bisa membayangkan akan jadi apa negara ini jika rakyat benar benar marah' & membuat revolusi menolak membayar pajak apapun di negara ini ( karena revolusi pajak lebih aman ketimbang senjata )
saya yakin sikap arogan' polri jg sikap cuek' presiden & sikap abu2 dpr segera menghilang ketika negara tidak mampu membiayai karena tak ada kas negara dari pajak rakyat'
begitu jg dengan presiden harusnya sadar dengan kata kata yg di ucapkan' nya itu terekam di benak rakyat indonesia bahwa beliau akan menjadi panglima terdepan dalam pemberantasan korupsi' masyarakat bisa menilai seberapa efektif kata tersebut di aplikasikan dalam pemerintahan beliau' yg apabila predisen melakukan pembiaran maka presiden akan di nilai sebagai manusia plin plan' yg tidak pantas di percayai. hingga masyarakat akan bergerak mengambil jalan nya sendiri karena tidak ada lg yg bisa di percaya di negara ini.
senada dengan dpr yg abu abu' entah apa mereka kurang tanggap atau pura pura tidak tanggap yg jelas mereka seperti jadi penonton yg budiman. kalopun ada yg komentar di media cetak/elektronik tidak lain ada sekedar penceriah' atau politik pencitraan . karena hanya komentar tanpa aksi' alias hanya basa basi. benar benar sangat mengherankan sikap para wakil kita' berbeda ketika mereka akan merevisi undang undang kpk' yg notabene nya untuk pelemahan kpk' mereka begitu menggebu gebu' yg tidak terlihat sama sekali dalam menegahi permasalahan kpk & polri.
di akhir tulisan ini saya berpikir adakah penyakit lupa ingatan begitu kuat meracuni para penyelenggara negara ini? kalopun harusnya dpr' yg kata lain nya masyarakat yg di duduk kan sejajar dengan pemerintah sebagai corong masyarakat & kontrol bagi pemerintah &bawahan nya tapi kok malah ikut ikutan lupa ingatan' lupa kalo mereka itu di piliha rakyat' yg artinya rakyat melihat & menilai' pada akhirnya memilih.
& mereka lupa keadaulatan negara ini ada pada rakyat' salah satunya melalui pajak' yg bayarkan saya pikir di negara ini hanya tidak ada yg bebas dari pajak' & negara ini terselenggara krn rakyat membayar pajak.
harusnya para penyelenggara negara ini faham tentang itu & jangan melukai hati rakyat dengan pembiaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun