Kesehatan mental di Indonesia seringkali masih dipandang remeh dan dianggap kurang penting. Terkadang dinilai terlalu berlebihan, mental lemah, terlalu terbawa perasaan, dan lain-lain sebagainya. Apa itu kesehatan mental?Â
Kesehatan mental adalah kondisi dimana batin kita dapat mengalami ketentraman, rasa tenang, dan menikmati kehidupan sehingga dapat menghargai orang lain. Sebelum pandemi ini terjadi, banyak penduduk Indonesia sudah mengalami gangguan mental, apalagi setelah adanya pandemi sejak tahun 2020 gangguan kesehatan mental penduduk Indonesia semakin meningkat. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Menurut Isnandini (2020), jumlah tenaga kesehatan mental Indonesia sangat minim, karena Indonesia hanya memiliki 2500 psikolog klinis dan 600-800 psikiater sedangkan jumlah penduduk indonesia mencapai 250 juta orang. Seharusnya 1 tenaga kesehatan mental melayani 30 penduduk. Tidak hanya itu, fasilitas kesehatan mental yang disediakan oleh pemerintah masih kurang menyebar dengan rata.Â
Banyak dampak yang diberikan oleh pandemi COVID-19 salah satunya adalah gangguan kesehatan mental yang terutama menyerang anak-anak dan orang muda. Menurut UNICEF secara global setidaknya 1 dari 7 anak mengalami dampak langsung karantina, sementara 1,6 miliar anak terdampak oleh terhentinya proses belajar mengajar seperti gangguan rutinitas, belajar, keuangan, dan lain sebagainya. Hampir 1 dari 3 anak muda di Indonesia (29%) dilaporkan sering merasakan tekanan dan berkurangnya minat untuk melakukan sesuatu.
Tahun 2021 indonesia menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh, kerja di rumah, dan menghindari kerumunan atau tidak keluar rumah apabila tidak ada kepentingan mendesak karena COVID-19 sangat mudah tersebar apabila tidak mematuhi protokol kesehatan.Â
Sistem yang awalnya membuat kita aman dari virus selama beberapa bulan ini ternyata memiliki dampak lain yaitu rasa kesepian dari segala usia, anak-anak dan remaja yang kehilangan kesempatan untuk berkembang di lingkungan sosial, dan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaannya. Seorang Dr. Raj Dasgupta mengatakan bahwa stress, trauma, bertambahnya berat badan menyebabkan gangguan tidur. Gangguan tidur inilah yang menjadi salah satu penyebab seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan mental.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Dr Sri Widati media sosial banyak memuat berita mengenai kesehatan mental akibat COVID-19 selama 1 tahun dari April 2020 hingga Mei 2021. Apalagi Sebagian besar orang yang mengalami gangguan kesehatan mental ini berumur kurang dari 30 tahun.Â
Seharusnya usia ini merupakan usia produktif untuk berkembang dan berkarya. Melihat dari masalah yang telah terjadi, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga menciptakan platform kesehatan mental yang bertujuan untuk memberikan edukasi serta meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental di keluarga besar Universitas Airlangga.Â
Langkah awal yang baik dan dapat menjangkau dari dalam perlahan-lahan tetapi pasti, platform ini memiliki banyak fungsi yang berguna dan mudah di akses oleh keluarga besar Universitas Airlangga. Terdapat banyak tes yang disediakan guna untuk menganalisis emosi yang dirasakan, selain tes juga terdapat fitur konseling yang tersedia setiap saat bagi yang membutuhkan.
 Jika malu untuk konseling bisa mencoba fitur curhat anonim yang dimana kita bisa curhat sepuasnya tanpa harus mengungkapkan identitas secara terang-terangan. Bagi pemuda/i yang masih tidak mengenal dirinya sendiri atau ingin mengetahui lebih jauh mengenai kepribadian, platform ini juga menyediakannya.
 Terpenting lagi tes yang disediakan tidak memungut biaya sedikitpun. Selain itu platform ini juga selalu mengingatkan jika mengalami kondisi psikologis yang mengancam hidup bisa segera menghubungi pihak yang berwajib dan tidak perlu khawatir hasil tes dan curhatan anonim yang sudah dibuat tidak akan disalahgunakan dan dirahasikan dari publik.